BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Bidan mempunyai peranan yang semakin penting dalam
tatalaksana obat selama persalinan dan periode postnatal. Tanggung jawab mereka
meliputi : pemberian obat; pemantauan keadaan ibu, janin serta neonatus untuk
mengemukakan tanda-tanda yang merugikan, dan preskripsi obat-obat tertentu
dengan mengikuti protokol setempat yang sudah disepakati. Disamping itu, bidan
merupakan sumber pertama penyuluhan pasien untukmenyampaikan informasi dan
nasehat tentang pemakaian obat misalnya peredaan rasa nyeri dalam persalinan
serta tatalaksana kala III persalinan. Dengan demikian bidan harus memahami
kerja, efek samping, peringatan dan kontraindikasi untuk obat-obat yang
digunakan pada kehamilan dankelahiran anak.
Pemberian obat harus selalu dilakukan dengan memperhatikan
prinsip-prinsip pengetahuan hayati (bioscience)
yang relevan, dasar evidensi dan pertimbangan hukum.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa
saja macam-macam obat uterotonika?
2.
Apa
saja macam-macam obat pre dan eklamsia?
3.
Apa
saja macam-macam obat imunologi?
4.
Apa
saja macam-macam obat vitamin dan mineral?
C.
Tujuan
1.
Untuk
mengetahui berbagai macam obat uterotonika.
2.
Untuk
mengetahui berbagai macam obat pre dan eklamsia.
3.
Untuk
mengetahui berbagai macam obat imunologi.
4.
Untuk
mengetahui berbagai macam obat vitamin dan mineral.
D.
Manfaat
1.
Dapat
mengetahui berbagai macam obat uterotonika.
2.
Dapat
mengetahui berbagai macam obat pre dan eklamsia.
3.
Dapat
mengetahui berbagai macam obat imunologi.
4.
Dapat
mengetahui berbagai macam obat vitamin dan mineral.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
MACAM
– MACAM OBAT UTEROTONIKA
1.
Pengertian
Uterotonika
Uterotonik
adalah zat yang meningkatkan kontraksi uterus. Uterotonik banyak digunakan
untuk induksi, penguatan persalinan, pencegahan serta penanganan perdarahan
post partum, pengendapan perdarahan akibat abortus inkompletikus dan penanganan
aktif pada Kala persalinan.Pemberian obat uterotonik adalah salah satu upaya
untuk mengatasi pendarahan pasca persalinan atau setelah lahirnya plasenta.
Namun, pemberian obat ini sama sekali tidak dibolehkan sebelum bayi lahir.
Keuntungan pemberian uterotonika ini adalah untuk mengurangi perdarahan kala
III dan mempercepat lahirnya plasenta. Karena itu, pemberian pencegahan dapat
diberikan pada setiap persalinan atau bila ada indikasi tertentu. Indikasi yang
dimaksud, adalah hal-hal yang dicurigai akan menimbulkan perdarahan pasca
persalinan yaitu :
a.
Riwayat
persalinan yang kurang baik, misalnya:
b. Riwayat perdarahan pada persalinan yang terdahulu.
c. Grande multipara (lebih dari empat anak).
d. Jarak kehamilan yang dekat (kurang dari dua tahun).
e. Bekas operasi Caesar.
f. Pernah abortus (keguguran) sebelumnya.
Bila terjadi riwayat persalinan kurang baik, ibu sebaiknya
melahirkan dirumah sakit, dan jangan di rumah sendiri. Hasil pemeriksaan waktu
bersalin, misalnya :
a.
Persalinan/kala
II yang terlalu cepat, sebagai contoh setelah ekstraksi vakum, forsep.
b.
Uterus
terlalu teregang, misalnya pada hidramnion, kehamilan kembar, anak besar.
c.
Uterus
yang kelelahan, persalinan lama.
d.
Uterus
yang lembek akibat narkosa.
e.
Inersia
uteri primer dan sekunder.
Obat-obatan yang dipakai untuk pencegahan adalah Oksitosin
dan Ergometrin. Caranya, disuntikkan intra muskuler atau intravena (bila
diinginkan kerja cepat), setelah anak lahir.
2.
Macam – Macam Obat Uterotonika
a.
Alkaloid
ergot
Sumber
: jamur gandum clavikus purpurea Berdasarkan efek dan struktur kimia alkaloid
ergot dibagi menjadi 3 :
1)
Alkaloid
asam amino (ergotamin) Merupakan obat yang paling kuat dari kelompok alkaloid
asam amino
2) Derivat dihidro alkaloid asam amino (dihiro ergotamin)
3) Alkaloid amin
b.
Oksitosin
Oksitosin
merupakan hormone peptide yang disekresi olah pituitary posterior yang
menyebabkan ejeksi air susu pada wanita dalam masa laktasi. Oksitosin diduga
berperan pada awal kelahiran.
c.
Misoprostol
/ Prostagladin
Misoprostol
adalah suatu analog prostaglandin Elsintetik yang menghambat sekresi asam
lambung dan nmenaikkan proteksi mukosa lambung.
3. Cara Kerja Obat Uterotonika
a.
Alkaloid
ergot
1)
Mempengaruhi
otot uterus berkontraksi terus-menerus sehingga memperpendek kala III (kala
uri).
2)
Menstimulsi
otot-otot polos terutama dari pembuluih darah perifer dan rahim.
3)
Pembuluh
darah mengalami vasokonstriksi sehingga tekanan darah naik dan terjadi efek
oksitosik pada kandungan mature.
b.
Oksitosin
Bersama
dengan faktor-faktor lainnya oksitosin memainkan peranan yang sangat penting
dalam persalinan dan ejeksi ASI. Oksitosin bekerja pada reseptor oksitosik
untuk menyebabkan :
1)
Kontraksi
uterus pada kehamilan aterm yang terjadi lewat kerja langsung pada otot polos
maupun lewat peningkatan produkdsi prostaglandin
2) Konstriksi pembuluh darah umbilicus
3) Kontraksi sel-sel miopital ( refleks ejeksi ASI ) .Oksitosin
bekerja pada reseptor hormone antidiuretik ( ADH )* untuk menyebabkan :
a)
Peningkatan
atau penurunan yang mendadak pada tekanan darah 9 diastolik karena terjadinya
vasodilatasi
b)
Retensin
air
Catatan
:
Oksitosin
dan hormone anti diuretic memiliki rumus bangun yang sangat mirip sehingga
menjelaskan mengapa fungsi kedua substansi ini saling tumpang tindih Kerja oksitosin yang lain meliputi :
-
Kontraksi
tuba falopi untuk membantu pengangkutan sperma,; luteolitis (involusi korpus
luteum ).
-
Peranan
neurotransmitter yang lain dalam system saraf pusat.
-
Oksitosin
disintesis dalam hipotalamus, kelenjar gonad, plasenta dan uterus. Muylai dari
usia kehamilan 32 minggu danselanjutnya, konsentrasi oksitosin dan demikian
pula aktifitas uterus akan lebih tinggi pada malam harinya ( Hirst et al, 1993
).
c)
Pelepasan
oksitosin endogenus ditingkatkan oleh:
-
Persalinan
-
Stimulasi
serviks vagina atau parudara
-
Estrogen
yang beredar dalam darah
-
Peningkatan
osmolalitas / konsentrasi plasma
-
Volume
carian yang rendah dalam sirkulasi darah
-
Stress
dalam persalinan dapat memacu partus presipitatus yang dikenal dengan istilah
refleks ejeksi fetus. Stress yang disebabkan oleh tangisan bayi akan
menstimulasi produksi ASI.
d)
Pelepasan
oksitosin disupresi oleh :
-
Alcohol
-
Relaksin
-
Penurunan
osmolalitas plasma
-
Volume
cairan yang tinggi dalam sirkulasi darah ( Graves, 1996 )
c.
Misoprostol
/ Prostagladin
Setelah
penggunaan oral misprostol diabsobrsi secara ekstensif dan cepat dide-esterifikasi
menjadi obat aktif : asam misoprostol.Kadar puncak serum asam misoprostol
direduksi jika misoprostol diminum bersama makanan.
d. Indikasi dan Kontra Indikasi
1)
Alkaloid
ergot
a)
Indikasi
Oksitosik : Sebagai stimultan uterus pada perdarahan paska persalinan atau paska abortus, yaitu :
Oksitosik : Sebagai stimultan uterus pada perdarahan paska persalinan atau paska abortus, yaitu :
-
Induksi
partus aterm
-
Mengontrol
perdarahan dan atoni uteri pasca persalinan.
-
Merangsang
konstraksi setelah operasi Caesar/operasi uterus lainnya
-
Induksi
abortus terapeutik
-
Uji
oksitoksin
b) Kontra Indikasi
Persalinan
kala I dan II
-
Hipersensitif
-
Penyakit
vascular
-
Penyakit
jantung parah
-
Fungsi
paru menurunFungsi hati dan ginjal menurun
-
Hipertensi
yang parah
-
Eklampsi
2)
Oksitosin
a)
Indikasi
:
-
Indikasi
oksitosik.
-
Induksi
partus aterm
-
Mengontrol
perdarahan dan atuni uteri pasca persalinan
-
Merangsang
konstraksi uterus setelah operasi Caesar
-
Uji
oksitoksik
-
Menghilangkan
pembengkakan payudara.
b) Kontra Indikasi
Kontraksi
uterus hipertonik
-
Distress
janin
-
Prematurisasi
-
Letak
bayi tidak normal
-
Disporposi
sepalo pelvis
-
Predisposisi
lain untuk pecahnya rahim
-
Obstruksi
mekanik pada jalan lahir
-
Preeklamsi
atau penyakit kardiovaskuler dan terjadi pada ibu hamil yang berusia 35 tahun
-
Resistensi
dan mersia uterus
-
Uterus
yang starvasi
-
Gawat
janin
3)
Misopropil
/ Prostagladin
a)
Indikasi
-
Induksi
partus aterm
-
Mengontrol
perdarahan dan atoni uteri pasca persalinan
-
Merangsang
kontraksi uterus post sc atau operasi uterus lainya
-
Induksi
abortus terapeutik
-
Uji
oksitosin
-
Menghilangkan
pembengkakan mamae
B.
MACAM
– MACAM OBAT PRE DAN EKLAMPSIA
1.
Pengertian
Pre dan Eklampsia
Preeklampsia
adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil, bersalin dan nifas yang
terdiri dari hipertensi, edema dan protein uria tetapi tidak menjukkan
tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya, sedangkan gejalanya
biasanya muncul setelah kehamilan berumur 28 minggu atau lebih ( Rustam
Muctar, 1998 ). Tidak berbeda dengan definisi Rustam, Manuaba ( 1998)
mendefinisikan bahwa preeklampsia (toksemia gravidarum) adalah tekanan darah
tinggi yang disertai dengan proteinuria (protein dalam air kemih) atau edema
(penimbunan cairan), yang terjadi pada kehamilan 20 minggu sampai akhir minggu
pertama setelah persalinan. Selain itu, Mansjoer ( 2000 ) mendefinisikan bahwa
preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat
kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan.
(Mansjoer, 2000). Menurut kamus saku kedokteran Dorland, Preeklampsia adalah
toksemia pada kehamilan lanjut yang ditandai oleh hipertensi, edema, dan
proteinuria.
Berdasarkan
beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa preeclampsia
( toksemia gravidarum) adalah sekumpulan gejala yang timbul ada wanita
hamil, bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan poteinuria
yang muncul pada kehamilan 20 minggu sampai akhir minggu pertama setelah
persalinan.
Eklampsia
adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan atau masa nifas yang
ditandai dengan timbulnya kejang (bukan timbul akibat kelainan neurologik)
dan/atau koma dimana sebelumnya sudah menunjukkan gejala-gejala pre eklampsia.
2.
Etiologi
Preeklampsia dan Eklampsia
Penyebab
preeklampsia sampai sekarang belum diketahui. Tetapi ada teori yang dapat
menjelaskan tentang penyebab preeklamsia, yaitu :
a.
Bertambahnya
frekuensi pada primigraviditas, kehamilan ganda, hidramnion, dan mola
hidatidosa.
b.
Bertambahnya
frekuensi yang makin tuanya kehamilan.
c.
Dapat
terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam uterus.
d.
Timbulnya
hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma.
Beberapa teori yang mengatakan bahwa perkiraan etiologi dari
kelainan tersebut sehingga kelainan ini sering dikenal sebagai the diseases
of theory. Adapun teori-teori tersebut antara lain :
a. Peran Prostasiklin dan Tromboksan .
b. Peran faktor imunologis.
Beberapa studi juga mendapatkan adanya aktivasi system
komplemen pada pre-eklampsi/eklampsia :
a.
Peran
faktor genetik /familial
b.
Terdapatnya
kecenderungan meningkatnya frekuensi preeklampsi/ eklampsi pada anak-anak dari
ibu yang menderita preeklampsi/eklampsi.
c.
Kecenderungan
meningkatnya frekuensi pre-eklampsi/eklampspia dan anak dan cucu ibu hamil
dengan riwayat pre-eklampsi/eklampsia dan bukan pada ipar mereka.
d.
Peran
renin-angiotensin-aldosteron system (RAAS)
3.
Klasifikasi
Preeklampsia dan Eklampsia
Dibagi
menjadi 2 golongan Pre eklampsia Ringan dan Pre eklampsia.
a.
Preeklampsia
Ringan, bila disertai keadaan sebagai berikut:
1)
Tekanan
darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi berbaring terlentang; atau
kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih; atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau
lebih .Cara pengukuran sekurang-kurangnya pada 2 kali pemeriksaan dengan jarak
periksa 1 jam, sebaiknya 6 jam.
2)
Edema
umum, kaki, jari tangan, dan muka; atau kenaikan berat 1 kg atau lebih per
minggu.
3)
Proteinuria
kwantatif 0,3 gr atau lebih per liter; kwalitatif 1 + atau 2 + pada urin
kateter atau midstream.
b.
Preeklampsia
Berat
1)
Tekanan
darah 160/110 mmHg atau lebih.
2)
Proteinuria
5 gr atau lebih per liter.
3)
Oliguria,
yaitu jumlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam .
4)
Adanya
gangguan serebral, gangguan visus, dan rasa nyeri pada epigastrium.
5)
Terdapat
edema paru dan sianosis.
4.
Macam
– Macam Obat Preeklampsia dan Eklampsia
a.
Magnesium sulfat
Merupakan
antikonvulsan yang efektif dan membantu mencegah kejang kambuhan dan
mempertahankan aliran darah ke uterus dan aliran darah ke fetus. Magnesium
sulfat berhasil mengontrol kejang eklamptik pada >95% kasus. Selain
itu zat ini memberikan keuntungan fisiologis untuk fetus dengan meningkatkan
aliran darah ke uterus.
b.
Fenitoin
Fenitoin
telah berhasil digunakan untuk mengatasi kejang eklamptik. Fenitoin bekerja
menstabilkan aktivitas neuron dengan menurunkan flux ion di seberang membran
depolarisasi. Keuntungan fenitoin adalah dapat dilanjutkan secara oral untuk
beberapa hari sampai risiko kejang eklamtik berkurang.
c.
Diazepam
Telah
lama digunakan untuk menanggulangi kegawatdaruratan pada kejang eklamptik.
Mempunyai waktu paruh yang pendek dan efek depresi SSP yang signifikan.
d.
Hidralazin
Merupakan
vasodilator arteriolar langsung yang menyebabkan takikardi dan peningkatan
cardiac output. Hidralazin membantu meningkatkan aliran darah ke uterus dan
mencegah hipotensi. Hidralazin dimetabolisir di hati. Dapat mengontrol
hipertensi pada 95% pasien dengan eklampsia.
e.
Labetalol
Merupakan
beta-bloker non selektif. Tersedia dalam preparat IV dan per oral. Digunakan
sebagai pengobatan alternatif dari idralazin ada penderita eklampsia.
f.
Nifedipin
Merupakan
Calcium Channel Blocker yang mempunyai efek vasodilatasi kuat arteriolar. Hanya
tersedia dalam bentuk preparat oral.
5.
Cara
Kerja Obat Preeklampsia dan Eklampsia
a.
Magnesium Sulfat
Mengahambat
atau menurunkan asetikolin pada rangsangan serat saraf dengan menghambat
transmisi neuromuskular. Transmisi neuromuscular membutuhkan kalsium pada
sinaps. Pada pemberian magnesium sulaft, magnesium akan menggeser kalsium,
sehingga aliran rangsangan tidak terjadi (terjadi kompetitif inhibition antara
ion kalsium dan ion magnesium) kadar kalsium yang tinggi dalam darah dapat
menghambat kerja magnesium sulfat.
b.
Fenitoin
Pada
korteks motoris yaitu menghambat penyebaran aktivitas kejang. Kemungkinan hal
ini disebabkan peningkatan pengeluaran natrium dari neuron dan fenitoin
cenderung menstabilkan ambang rangsang terhadap hipereksitabilitas yang
disebabkan perangsangan berlebihan atau kemampuan perubahan lingkungan di mana
terjadi penurunan bertahap ion natrium melalui membran. Ini termasuk penurunan
potensiasi paska tetanik pada sinaps. Fenitoin menurunkan aktivitas maksimal
pusat batang otak yang berhubungan dengan fase tonik dari kejang tonik-klonik
(grand mal).
c.
Diazepam
Diazepam
melewati barier plasenta dan dapat menyebabkan depresi pernapasan pada
neonatus, hipotensi dan hipotermi hingga 36 jam setelah pemberiannya. Depresi
neonatal ini hanya terjadi bila dosisnya lebih dari 30 mg pada 15 jam sebelum
kelahiran.
d.
Hidralazin
Merelaksasi
otot polos arteriol secara langsung dan vasodilatasi yang terjadi dapat
menimbulkan reaksi kompensasi yang kuat berupa peningkatan denyut dan
kontraktilitas jantung, serta peningkatan renin plasma dan retensi cairan yang
akan melawan efek hipotensi obat. Penurunan tekanan diatolik lebih besar
daripada tekanan sitolik. Absorpsinya melalui saluran cerna dan hamper
sempurna.
e.
Labetalol
Memblokir
reseptor adrenergic yang memperlambat kecepatan sinus jantung, menurunkan
resistansi peripheral vascular, dan menurunkan output kardiak.
f.
Nifedipin
Nifedipin
bekerja sebagai antagonis kalsium dengan menghambat arus ion kalsium masuk ke
dalam otot jantung dari luar sel. Karena kontraksi otot polos tergantung pada
ion kalsium ekstra seluler, maka dengan adanya antagonis kalsium dapat
menimbulkan efek inotropik negatif. Demikian juga dengan Nodus Sino Atrial (SA)
dan Atrio Ventrikuler (AV) akan menimbulkan kronotropik negatif dan perlambatan
konduksi AV.
C.
MACAM
– MACAM OBAT IMUNOLOGI
1.
Pengertian
Imunologi
Sistem imun membentuk sistem pertahanan badan terhadap
bahan asing seperti mikroorganisma (bakteria, kulat, protozoa, virus dan
parasit), molekul-molekul berpotensi toksik, atau sel-sel tidak normal (sel
terinfeksi virus atau malignan). Sistem ini menyerang bahan asing atau antigen
dan juga mewujudkan peringatan tentang kejadian tersebut supaya pendedahan yang
berkali-kali terhadap bahan yang sama akan mencetuskan gerak balas yang lebih
cepat dan tertingkat. Keimunan merujuk kepada keupayaan sesuatu individu yang
telah sembuh dari sesuatu penyakit untuk kekal sihat apabila terdedah kepada
penyakit yang sama untuk kali kedua dan seterusnya. Imunologi ialah cabang
bidang perubatan yang berkaitan dengan gerak balas tubuh terhadap antigen.
Pengimunan atau pemvaksinan menjana keupayaan untuk bertahan terhadap sesuatu
penyakit tanpa mendedahkan tubuh kepada penyakit tersebut. Apabila sistem imun
cacat, tertekan atau gagal, seperti dalam Sindrom Kurang Daya Tahan (AIDS) dan
penyakit-penyakit kurang keimunan, kesannya ialah jangkitan yang teruk atau
boleh membawa maut.
Suatu ciri asas sistem imun ialah keupayaan untuk
membezakan bahan-bahan yang wujud secara semula jadi atau normal (diri) dari
bahan-bahan atau agen-agen yang masuk ke dalam tubuh dari luar (bukan diri) dan
menghasilkan gerak balas terhadap bahan bukan diri sahaja. Ketidakwujudan
khusus suatu gerak balas terhadap diri dikenali sebagai toleransi. Peri
pentingnya keupayaan untuk membezakan (mendiskriminasi) antara diri dan bukan
diri, serta toleransi diri, ditunjukkan dalam penyakit-penyakit autoimun,
apabila fungsi-fungsi tersebut gagal. Penyakit-penyakit ini terhasil apabila
bahan normal tubuh dicam sebagai asing dan gerak balas imun dihasilkan terhadap
bahan-bahan tersebut. Walau bagaimananpun, sistem imun lazimnya amat berkesan
membezakan antara diri dan bukan diri.
2.
Antibody
dan Penghasilannya
Antibodi merupakan molekul-molekul dalam plasma yang
berfungsi mengcam dan bergabung dengan antigen asing. Antibodi tergolong ke
dalam kumpulan protein yang dipanggil imunoglobulin (Ig). Terdapat lima kelas
imunoglobulin berdasarkan perbezaan struktur, iaitu IgG, IgM, IgA, IgD dan IgE.
Setiap satu kelas mempunyai ciri-ciri biologi dan fungsi berbeza. Dalam bidang
perubatan dan penyelidikan antibodi monoklon banyak digunakan. Antibodi
monoklon adalah tulen, homogen, dan dihasilkan oleh sel hibrid yang dibentuk
dari perlakuran sel B dan sel tumor dalam kultur. Antibodi monoklon boleh
digunakan untuk diagnosis dan terapi, seperti dalam peneutralan toksin dalam
peredaran atau penyasaran (targetting) dadah dan radioisotop kepada sel kanser.
Antibodi membanteras infeksi melalui berbagai cara. Organisma ataupun
toksin-toksin yang dihasilkan boleh dineutralkan oleh antibodi yang menghalang
bahan-bahan tersebut dari bergabung kepada sel. Antibodi juga membantu sel-sel
fagosit (makrofaj, neutrofil) menelan bakteria atau menyebabkan lisis organisma
dan sel terinfeksi. Ini terhasil dari kerjasama antibodi dengan pelengkap atau
sel NK.
IgG merupakan antibodi yang paling banyak, terdapat
terutamanya dalam serum, serta cecair dalam badan. IgG adalah benteng
pertahanan penting terhadap bakteria, virus atau kulat yang telah memasukki
badan. Dalam manusia, IgG merupakan satu-satunya imunoglobulin yang boleh
melintas plasenta, oleh itu penting untuk pertahanan bayi baru lahir terhadap
infeksi bakteria dan virus.
IgM ialah imunoglobulin bersaiz paling besar dan
terdiri dari lima unit yang digabungkan. IgM ialah kelas antibodi yang dihasilkan
paling awal dalam gerak balas primer dan ia merupakan pengaktif sistem
pelengkap yang efisyen. Sistem pelengkap terdiri dari satu set protein plasma
yang apabila diaktifkan dalam urutan yang betul membentuk laluan (lobang) pada
membran sel sasaran dan membawa kepada kematian sel. IgM dan pelengkap amat
efisyen memusnahkan bakteria Gram negatif atau parasit protozoa yang telah
memasukki saluran darah. Pelengkap juga menyebabkan gerak balas keradangan
apabila diaktifkan.
IgA merupakan benteng terhadap organisma patogen dalam
usus, saluran pernafasan dan saluran urogenital. Sel B penghasil antibodi yang
terdapat di kawasan-kawasan ini menghasilkan molekul IgA dimer, yang diangkut
melintasi selaput epitelium dan dirembeskan pada permukaan mukosa. IgA rembesan
menghalang pergabungan bakteria dan virus kepada epitelium, dan oleh yang
demikian mencegah penyakit setempat atau patogen dari merebak ke bahagian tubuh
yang lain. Keseluruhannya, IgA adalah antibodi yang banyak di dalam tubuh.
IgE boleh mencetuskan tindak balas alergi cepat
seperti asma (lelah). Antibodi ini bergabung dengan permukaan sel-sel mast yang
terdapat berhampiran saluran darah. Sel-sel ini mengandungi granul-granul yang
terdiri dari histamina dan bahantara keradangan lain dan bahan-bahan ini
dibebaskan dengan cepat apabila partikel-partikel seperti debunga atau bulu
haiwan bergabung dengan molekul IgE yang tergabung pada permukaan sel mast.
Histamina dan bahan-bahan lain yang dibebaskan oleh sel mast menyebabkan
gejala-gejala yang dikaitkan dengan tindak balas alergi.
IgD beroperasi bersama IgM sebagai reseptor untuk
antigen pada permukaan sel B. Amat sedikit IgD dirembeskan.
Input dari sel T penolong lazimnya diperlukan untuk
sel B berkembang menjadi sel plasma penghasil antibodi. Sel T penolong
menghasilkan protein-protein larut, atau sitokina, yang dipanggil interleukin
(IL) 4, 5 dan 6 yang menyebabkan sel B membahagi dan membeza selepas bergabung
dengan antigen. Keperluan sel T penolong menerangkan mengapa penghasilan
antibodi berkurangan dalam penyakit AIDS, di mana sel T penolong dimusnahkan
oleh infeksi HIV.
3.
Kontra Indikasi
Kontra
indikasi dalam pemberian ada 3, yaitu:
Analvilaksis
atau reaksi hipersensitiva (reaksi tubuh yang terlalu sensitif) yang hebat
merupakan kontraindikasi mutlak terhadap dosis vaksin berikutnya. Riwayat
kejang demam dan panas lebih dari 380C merupakan kontraindikasi pemberian DPT
atau HB1 dan campak.
Jangan
berikan vaksin BCG kepada bayi yang menunjukkan tanda-tanda dan gejala AIDS,
sedangkan vaksin yang lainnya sebaiknya diberikan.
Jika
orang tua sangat berkeberatan terhadap pemberian imunisasi kepada bayi yang
sakit, lebih baik jangan diberikan vaksin, tetapi mintalah ibu kembali lagi
ketika bayi sudah sehat.
Penanganan
bagi bayi yang mengalami kondisi sakit, sebaiknya tetap diberikan
imunisasi:
Pada
bayi yang mengalami alergi atau asma imunisasi masih bisa diberikan. Kecuali
jika alergi pada
komponen khusus dari vaksin yang diberikan.
Sakit ringan seperti infeksi saluran pernafasan atau diare dengan suhu dibawah 38,50C. Riwayat keluarga tentang peristiwa yang membahayakan setelah imunisasi. Riwayat yang belum tentu benar ini membuat keengganan bagi ibu untuk memberikan imunisasi pada anaknya, akan tetapi hal ini bukan masalah besar, jadi imunisasi masih tetap diberikan.
Sakit ringan seperti infeksi saluran pernafasan atau diare dengan suhu dibawah 38,50C. Riwayat keluarga tentang peristiwa yang membahayakan setelah imunisasi. Riwayat yang belum tentu benar ini membuat keengganan bagi ibu untuk memberikan imunisasi pada anaknya, akan tetapi hal ini bukan masalah besar, jadi imunisasi masih tetap diberikan.
Pengobatan
antibiotik, masih biasa diberikan bersamaan dengan pemberian munisasi. Dugaan
infeksi HIV atau positif terinfeksi HIV dengan tidak menunjukkan tanda-tanda
dan gejala AIDS, jika menunjukkan tanda-tanda dan gejala AIDS kecuali imunisasi
BCG, imunisasi yang lain tetap berlaku.
Anak
diberi ASI, bukan masalah pemberian ASi jika disertai pemberian imunisasi.
Pemberian imunisasi juga dapat dilakukan pada bayi yang sakit kronis, seperti
penyakit jantung kronis, paru-paru, ginjal atau liver. Pada penderita down’s
syndrome atau pada anak dengan kondisi saraf yang stabil seperti kelumpuhan
otak yang disebabkan karena luka, imunisasi boleh saja diberikan. Bayi yang
lahir sebelum waktunya (prematur) atau berat bayi saat lahir rendah. Sebelum atau
pasca operasi.
4.
Efek Samping Obat
Efek samping obat adalah setiap efek yang tidak
diharapkan, yang merugikan atau membahayakan pasien (adverse reactions)
sebagai akibat dari suatu pengobatan atau prosedur terapi. Setiap obat
mempunyai kemungkinan untuk menyebabkan efek samping. Hal ini disebabkan karena
sama halnya dengan efek terapi, efek samping obat juga merupakan hasil
interaksi yang kompleks antara molekul obat dengan tempat kerja spesifik dalam
sistem biologis tubuh, yang bervariasi antar individu.
Efek samping obat bisa saja muncul pada setiap
penggunaan obat, baik obat farmasi (mengandung bahan aktif tertentu yang
diproses secara kimia), maupun obat herbal. Hal ini karena setiap zat aktif
yang bersifat terapi mungkin saja memberikan reaksi yang tidak diinginkan.
Beberapa contoh efek samping misalnya:
-
Reaksi Imunologi (kekebalan tubuh), contoh: reaksi
alergi akut karena suntikan antibiotik.
-
Efek farmakologis yang berlebihan, contoh:
hipoglikemia berat karena pemberian insulin.
-
Efek samping karena penggunaan jangka lama, contoh:
osteoporosis karena pengobatan kortikosteroid jangka lama.
-
Gejala putus obat (withdrawal symptoms), dan
sebagainya.
D.
MACAM – MACAM OBAT VITAMIN DAN MINERAL
1.
Vitamin
A
Vitamin A merupakan salah satu
jenis vitamin yang larut lemak. Vitamin A (Acon, Aquasol) membantu menjaga
pertumbuhan jaringan epitel, mata, rambut, dan tulang. Selain itu juga
digunakan untuk pengobatankelainan kulit seperti acne. Vitamin mempunyai efek
toksik jika digunakan secara berlebihan.
Contohnya,defek lahir dapat
terjadi jika pasien mengkonsumsi lebih dari 6000 IU selama kehamilan. Hal ini
penting untuk diingat bahwa vitamin disimpan di liver sampai lebih dari dua
tahun, dimana dapat mengakibatkan toksisitas jika pasien mengkonsumsi dengan
dosis yang besar .
Vitamin A didapat dalam 2 bentuk
yaitu preformed vitamin A (vitamin A, retinoid, retinol, dan derivatnya) dan
provitamin A (karotenoid/ karoten dan senyawa sejenis) (Dewoto 2007). Sumber
makanan yang mengandung vitamin A antara lain semua jenis susu, mentega, telur,
sayuran dengan daun berwarna hijau dan kuning, buah-buahan, dan liver. Menurut
U.S Recommended Dietary Allowance (RDA) kebutuhan vitamin A pada pria dewasa
sebanyak 1000 µg atau 5000 IU, wanita dewasa 800 µg atau
4000 IU, pada kehamilan membutuhkan sebanyak 1000 µg atau 5000 IU,
dan pada ibu menyusui 1200 µg atau setara dengan 6000 IU.
a.
Farmakodinamik
Obat
Pada fibroblast atau jaringan
epitel terisolasi, retinoid dapat meningkatkan sintesis beberapa jenis protein seperti
fibronektin dan mengurangi sintesis protein seperti kolagenase dan keratin. Hal
ini disebabkan karena adanya perubahan transkripsi pada inti dan asam retinoat
lebih kuat dalam menyebabkan perubahan tersebut. Asam retinoat mempengaruhi
ekspresi gen dengan bergabung pada reseptor yang berada di inti sel. Terdapat
dua kelompok reseptor, yaitu Retinoid Acid Receptors (RARs) dan Retinoid X
Receptors (RXRs). Reseptor retinoid segolongan dengan reseptor steroid, hormone
tiroid, dan kalsitriol. Retinoid dapat mempengaruhi ekspresi reseptor hormon
dan faktor pertumbuhan sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan, diferensiasi,
dan fungsi sel target. Selain itu juga diperlukan untuk pertumbuhan tulang,
alat reproduksi, dan perkembangan embrio.
b.
Farmakokinetik
Obat
Vitamin ini diabsorpsi sempurna
melalui usus halus dan kadarnya dalam plasma mencapai puncak setelah empat jam
tetapi absorpsi dosis besar vitamin A kurang efisien karena sebagian akan
keluar melalui feses. Gangguan absorpsi lemak akan menyebabkan gangguan
absorpsi vitamin A, maka pada keadaan ini dapat digunakan sediaan vitamin A
yang larut dalam air. Absorpsi vitamin A berkurang bila diet kurang mengandung
protein atau pada penyakit infeksi tertentu dan pada penyakit hati seperti
hepatitis, sirosis hepatis atau obstruksi biliaris. Berkurangnya absorpsi
vitamin A pada penyakit hati berbanding lurus dengan derajat insufisiensi hati.
c.
Indikasi
Vitamin A diindikasikan untuk
pencegahan dan pengobatan defisiensi vitamin A.
d.
Posologi
Jenis sediaan untuk vitamin A antara
lain oral, suntikan, dan topical. Penggunaan oral terdapat bentuk tablet,
kapsul, atau larutan/sirup. Sediaan vitamin A dalam larutan air paling cepat
diabsorpsi dan memberikan kadar plasma lebih tinggi dibandingkan sediaan
minyak. Vitamin A kapsul mengandung 3-15 mg retinol (10.000-15.000 IU) per
kapsul. Sediaan suntikan dalam bentuk larutan mengandung 50.000 IU vitamin A/ml
dapat diberikan secara IM untuk pasien malabsorpsi, mual, muntah, dan gangguan
mata berat. Dosis lebih dari 25.000 IU/hari hanya dapat diberikan pada pasien
defisiensi berat.Penggunaan oral lebih baik daripada parenteral.
Dosis Terapi untuk Kekurangan
Vitamin A
100.000-500.000 IU
sehari 3 kali; lalu 50.000 IU selama 14 hari (sehari sekali)
Maintenance
10.000-20.000 IU selama 60 hari Kategori dalam kehamilan.
Protein Binding tidak diketahui;
waktu paruh: minggu-bulanan kondisi kekurangan Terapi kekurangan vitamin A nya,
cegah rabun senja, atasi kelainan kulit, tingkatkan pertumbuhan tulang
e.
Efek
samping
Nyeri kepala, fatigue, drowsiness,
iritabel, anorexia, muntah, diare, kulit kering, perubahan visus,
hipoprotrombinemia
f.
Adverse
Reactions
Bukti dengan toksisitas:
lekopenia, anemia aplastik, papiledema, peningkatan tekanan intracranial,
hypervitaminosis A (rambut rontok dan kulit mengelupas). Dosis besar selama
kehamilan dapat mengakibatkan cacat bawaan.
g.
Kontra
indikasi
Minyak mineral,
kolestiramin,alcohol, dan obat anti dislipidemia karena dapat menurunkan
absorpsi vitamin A. Vitamin ini diekskresi di ginjal dan feses. (Kamiensky, Keogh
2006)
2.
Vitamin
B6 (Pyridoxine)
Vitamin B6 merupakan jenis
vitamin yang larut air. Pemberian vitamin B6 pada umumnya untuk mengkoreksi
kekurangan vitamin B6 dan membantu mengurangi gejala neuritis yang disebabkan
oleh pemakaian isoniazid (INH) pada terapi TB. Sumber makanan yang banyak
mengandung vitamin ini antara lain daging, sayuran dengan daun berwarna hijau,
sereal gandum utuh, ragi, dan pisang. Kebutuhan vitamin B6 berdasarkan U.S.
RDA adalah untuk pria sebanyak
15-19 mg/hari, wanita 14-15 mg/hari, kehamilan 18 mg/hari, dan laktasi sekitar
20 mg/hari
a.
Farmakodinamik
Obat
Pemberian piridoksin secara oral
dan parenteral tidak menunjukkan efek farmakodinamik yang nyata. Dosis sangat
besar yaitu 3-4 g/kgBB menyebabkan kejang dan kematian pada hewan coba tetapi
dosis kurang dari ini umumnya tidak menimbulkan efek yang jelas. Piridoksal
fosfat dalam tubuh merupakan koenzim yang berperan penting dalam metabolisme
berbagai asam amino, di antaranya dekarboksilasi, transminasi, dan rasemisasi
triptofan, asam-asam amino yang bersulfur dan asam amino hidroksida .
b.
Farmakokinetik
Obat
Piridoksin, piridoksal, dan
piridoksamin mudah diabsorpsi melalui saluran cerna. Metabolit terpenting dari
ketiga bentuk tersebut adalah 4-asam piridoksat. Ekskresi melalui urin terutama
dalam bentuk 4-asam piridoksat dan piridoksal .
c.
Indikasi
Pencegahan dan pengobatan
defisiensi B6, diberikan bersama vitamin B lainnya atau sebagai multivitamin
untuk pencegahan dan pengobatan defisiensi vitamin B kompleks. Indikasi lain
adalah untuk mencegah dan mengobati neuritis perifer oleh obat seperti INH,
sikloserin, hidralazin, penisilamin yang bekerja sebagai antagonis piridoksin
dan/atau meningkatkan ekskresinya melalui urin. Pemberian pada wanita yang
menggunakan kontrasepsi oral yang mengandung estrogen juga dibenarkan karena
kemungkinan terjadinya defisiensi piridoksin pada wanita-wanita tersebut.
Piridoksin juga dilaporkan dapat memperbaikin gejala keilosis, dermatitis
seboroik, glositis, dan stomatitis yang tidak memberikan respon terhadap
tiamin, riboflavin, dan niasin serta dapat mengurangi gejala-gejala yang
menyertai tegangan prahaid (pramesntrual tension). Indikasi lain yaitu untuk
anemia yang responsive terhadap piridoksin yang biasanya sideroblastik.
d.
Posologi
Piridoksin tersedia sebagai
tablet piridoksin HCl 10-100 mg dan sebagai larutan steril 100 mg/ml piridoksin
HCl untuk injeksi.
e.
Dosis
Terapi untuk Kekurangan Vitamin 25-100 mg/hari
Isoniazid therapy prophylaxis : 20-25 mg/hari
Peripheral neuritis : 50-200 mg/hari
Maintenance
Laki-laki : 2 mg/hari
Wanita : 1,6 mg/hari
Ibu hamil :
2,1 mg/hari
Ibu menyusui :
2,2 mg/hari
f.
Kondisi
kekurangan
Neuritis, kejang, dermatitis,
anemia, lymphopenia.
g.
Efek
samping
Nyeri kepala, mual, somnolen;
dosis tinggi menyebabkan neuropathy sensorik (paresthesia, unstable gait,
clumsiness of hands) Adverse Reactions megadosis jangka panjang dapat
menyebabkan neuropathy sensorik.
h.
Kontra
indikasi
Dihindarkan pada pasien yang
mendapat levodopa, terapi IV pada pasien jantung.
Perhatian : megadosis pada
kehamilan
3.
Vitamin
C
Vitamin C atau asam askorbat
merupakan vitamin yang larut dalam air. Vitamin C bekerja sebagai suatu koenzim
dan pada keadaan tertentu merupakan reduktor dan antioksidan. Vitamin ini dapat
secara langsung atau tidak langsung memberikan elektron ke enzim yang
membutuhkan ion-ion logam tereduksi dan bekerja sebagai kofaktor untuk prolil
dan lisil hidroksilase dalam biosintesis kolagen. Zat ini berbentuk kristal dan
bubuk putih kekuningan, stabil pada keadaan kering. Vitamin ini dapat ditemukan
di buah citrus, tomat, sayuran berwarna hijau, dan kentang. vitamin ini
digunakan dalam metabolisme karbohidrat dan sintesis protein, lipid, dan
kolagen. Vitamin C juga dibutuhkan oleh endotel kapiler dan perbaikan jaringan.
vitamin C bermanfaat dalam absorpsi zat besi dan metabolism asam folat. Tidak
seperti vitamin yang larut lemak, vitamin C tidak disimpan dalam tubuh dan
diekskresikan di urine. Namun, serum level vitamin C yang tinggi merupakan
hasil dari dosis yang berlebihan dan diekskresi tanpa mengubah apapun.
Kebutuhan vitamin C berdasarkan
U.S. RDA antara lain untuk pria dan wanita sebanyak 60 mg/hari, bayi sebanyak
35 mg/hari, ibu hamil sebanyak 70 mg/hari, dan ibu menyusui sebanyak 95
mg/hari. Kebutuhan vitamin C meningkat 300-500% pada penyakit infeksi, TB,
tukak peptik, penyakit neoplasma, pasca bedah atau trauma, hipertiroid,
kehamilan, dan laktasi.
a.
Farmakodinamik
Obat
Vitamin C berperan sebagai
kofaktor dalam sejumlah reaksi hidroksilasi dan amidasi dengan memindahkan
electron ke enzim yang ion logamnya harus berada dalam keadaan tereduksi; dan
dalam keadaan tertentu bersifat sebagai antioksidan. Vitamin C dibutuhkan untuk
mempercepat perubahan residu prolin dan lisin padam prokolagen menjadi
hidroksiprolin dan hidroksilisin pada sintesis kolagen. Perubahan asam folat
menjadi asam folinat, metabolisme obat oleh mikrosom dan hidroksilasi dopamine
menjadi norepinefrin juga membutuhkan vitamin C. Asam askorbat meningkatkkan
aktivitas enzim amidase yang berperan dalam pembentukan hormon oksitosin dan
hormon diuretik. Vitamin C juga meningkatkan absorpsi besi dengan mereduksi ion
feri menjadi fero di lambung.Peran vitamin C juga didapatkan dalam pembentukan
steroid adrenal.
Fungsi utama vitamin C pada
jaringan adalah dalam sintesis kolagen, proteoglikan zat organik matriks
antarsel lain misalnya pada tulang, gigi, dan endotel kapiler. Peran vitamin C
dalam sintesis kolagen selain pada hidroksilasi prolin juga berperan pada
stimulasi langsung sintesis peptide kolagen. Gangguan sintesis kolagen terjadi
pada pasien skorbut. Hal ini tampak pada kesulitan dalam penyembuhan luka,
gangguan pembentukan gigi, dan pecahnya kapiler yang mengakibatkan petechiae
dan echimosis. Perdarahan tersebut disebabkan oleh kebocoran kapiler akibat
adhesi sel-sel endotel yang kurang baik dan mungkin juga karena gangguan pada
jaringan ikat perikapiler sehingga kapiler mudah pecah oleh penekanan .
Pemberian vitamin C pada keadaan
normal tidak menunjukkan efek farmakodinamik yang jelas. Namun pada keadaan
defisiensi, pemberian vitamin C akan menghilangkan gejala penyakit dengan
cepat.
b.
Farmakokinetik
Obat
Vitamin C mudah diabsorpsi
melalui saluran cerna.pada keadaan normal tampak kenaikan kadar vitamin C dalam
darah setelah diabsorpsi. Kadar dalam lekosit dan trombosit lebih besar
daripada dalam plasma dan eritrosit. Distribusinya luas ke seluruh tubuh dengan
kadar tertinggi dalam kelenjar dan terendah dalam otot dan jaringan lemak.
Ekskresi melalui urin dalam bentuk utuh dan bentuk garam sulfatnya terjadi jika
kadar dalam darah melewati ambang rangsang ginjal yaitu 1,4 mg%. Beberapa obat
diduga dapat mempercepat ekskresi vitamin C misalnya tetrasiklin, fenobarbital,
dan salisilat.
Vitamin C dosis besar dapat
memberikan hasil false negative pada uji glikosuria (enzymedip test) dan uji
adanya darah pada feses pasien karsinoma kolon. Hasil false positive dapat
terjadi pada clinitest dan tes glikosuria dengan larutan Benedict.
c.
Indikasi
Vitamin C diindikasikan untuk
pencegahan dan pengobatan skorbut. Selain itu, vitamin C juga digunakan untuk
berbagai penyakit yang tidak ada hubungannya dengan defisiensi vitamin C dan
seringkali digunakan dengan dosis besar. Namun, efektivitasnya belum terbukti.
Vitamin C yang mempunyai sifat reduktor digunakan untuk mengatasi
methemoglobinemia idiopatik meskipun kurang efektif dibandingakan dengan
metilen blue. Vitamin C tidak mengurangi insidens common cold tetapi dapat
mengurangi berat sakit dan lama masa sakit.
d.
Posologi
Vitamin C terdapat dalam berbagai
preparat baik dalam bentuk tablet yang mengandung 50-1500 mg maupun dalam
bentuk larutan. Kebanyakan sediaan multivitamin mengandung vitamin C. Sediaan
suntik mengandung vitamin C sebanyak 100-500 mg dalam larutan. Air jeruk
mengandung vitamin C yang tinggi sehingga dapat digunakan untuk terapi
menggantikan sediaan vitamin C.
Kalsium askorbat dan natrium
askorbat didapatkan dalam bentuk tablet dan bubuk unutk penggunaan per oral.
e.
Dosis
Terapi untuk Kekurangan Vitamin C
Dewasa: per hari 50-100 mg.
defisiensi berat, PO:IM:IV: 150-500 mg/hari dalam 1-2 dosis terbagi. 500-6000
mg/hari untuk terapi ISPA, kanker, atau hiperkolesterolemia Maintenance 45-60
mg/hari Kategori dalam kehamilan.
f.
Kondisi
kekurangan
Cegah dan atasi defisiensi
vitamin C (Scurvy); meningkatkan penyembuhan luka; untuk luka bakar; krisis sel
sickle; deep vein thrombosis; terapi megavitamin (dosis massif) tidak
direkomnedasikan karena dapat menyebabkan toksisitas.
g.
Efek
samping
Nyeri kepala, fatigue,
drowsiness, mual, dada terbakar, muntah, diare. Vitamin C dengan aspirin atau
sulfonamide dapat menyebabkan pembentukan Kristal di urin (Crystalluria); dapat
memberikan hasil false negative adanya darah pada uji feses dan false positive
glikosuria jika diperiksa dengan Clinitest.
h.
Adverse
Reactions
Batu ginjal, crystalluria,
hiperurecemia; dosis massif dapat menyebabkan diare dan rasa tidak enak di
perut (GI upset)
i.
Kontra
indikasi
Dosis besar dapat menurunkan efek
antikoagulasi oral, kontrasepsi oral dapat menurunkan kadar vitamin C dalam
tubuh; merokok menurunkan kadar serum vitamin C, digunakan dengan perhatian
pada renal calculi batu ginjal); gout, anemia, sel sickle, seideroblastik,
thalassemia.
j.
Interaksi
obat
k.
Menurunkan
uptake asam askorbat jika digunakan dengan salisilat; dapat menurunkan efek
antikoagulan oral; dapat menurunkan eliminasi aspirin
4.
Vitamin
E
Vitamin E adalah vitamin yang
larut dalam lemak dan dapat melindungi jantung, arteri, dan komponen selular
untuk tetap melakukan oksidasi dan mencegah lisis sel darah merah. Jika
terdapat ketidakseimbangan garam, sekresi pancreas, dan lemak, vitamin E
diabsorpsi di saluran pencernaan dan disimpan di seluruh jaringan, terutama
liver, otot, dan jaringan lemak. Tujuh puluh lima persen dari jumlah vitamin E
diekskresi di empedu dan sisanya melalui urin.
Delapan jenis tokoferol alam
mempunyai aktivias vitamin E. RRR-α tokoferol (dahulu disebut
d-α-tokoferol) merupakan bentuk paling penting karena merupakan 90%
dari tokoferol yang berasal dari hewan dengan aktivitas biologik paling besar .
Sumber makanan yang banyak
mengandung vitamin E antara lain sereal gandum utuh, minyak sayuran, daun
bawang, biji bunga matahari. Kebutuhan vitamin E per hari menurut U.S RDA yaitu
pada pria sebanyak 10mg/hari; 15 IU, wanita sebanyak 8 mg/hari; 12 IU, pada
kehamilan dibutuhkan sebanyak 10-12 mg/hari.
Kebutuhan vitamin A pada orang
Indonesia belum diketahui akan tetapi diperkirakan sama dengan rekomendasi U.S
RDA .
Akibat
kekurangan vitamin E, Jika asupan vitamin E kurang pada tubuh maka sel darah
merah mudah rusak kemudian terbelah. Pada keadaan ini terjadi kerusakan pada
sistem otot dan syaraf. Nantinya orang tersebut akan mengalami kesulitan dalam
berjalan. Serta terjadinya nyeri pada otot betis. Bahkan jika kekurangan
vitamin E ini cukup besar dan berkelanjutan, dapat berpotensi memicu adanya
kanker baru dalam tubuh yang menyerang paru-paru, saluran pencernaan, dan
payudara.
Bagaimana
jika terjadi pada bayi dan anak-anak? Penyakit pada bayi juga banyak yang
disebabkan kekurangan vitamin E. Apalagi pada bayi prematur yang memang
memiliki cadangan vitamin E yang sedikit. Sehingga pada bayi prematur yang
kekurangan vitamin E dalam tubuhnya akan mengalami gangguan penglihatan. Pada
anak yang memiliki usia yang lebih besar, kekurangan vitamin E ini akan
menimbulkan penyakit seperti kelainan saraf, refleks menurun, gangguan
penyerapan di usus, dan lemahnya otot.
Perlu
adanya penanganan khusus jika seseorang sudah kekurangan vitamin atau
defisiensi vitamin E secara akut bahkan kronis. Untuk segera dilakukan upaya
pengobatan rumah sakit, Pemberian vitamin E secara kontinu agar tidak timbul
penyakit yang lebih besar seperti kanker usus, kanker payudara atau kanker
paru-paru tidak terjadi.
a.
Farmakodinamik
Obat
Vitamin E berperan sebagai
antioksidan dan dapat melindungi kerusakan membrane biologis akibat radikal.
Vitamin E melindungi asam lemak
tak jenuh pada membrane fosfolipid. Radikal peroksil bereaksi 1000 kali lebih
cepat dengan vitamin E daripada dengan asam lemak tak jenuh dan membentuk
radikal tokoferoksil. Radikal ini selanjutnya berinteraksi dengan antioksidan
yang lain seperti vitamin C yang akan membentuk kembali tokoferol. Vitamin E
juga penting untuk melindungi membrane sel darah merah yang kaya asam lemak tak
jenuh ganda dari kerusakan akibat oksidasi. Vitamin ini berperan dalam
melindungi lipoprotein dari LDL teroksidasi dalam sirkulasi. LDL teroksidasi
ini memegang peranan penting dalam menyebabkan aterosklerosis. Selain efek
antioksidan, vitamin E juga berperan mengatur proliferasi sel otot polos
pembuluh darah, menyebabkan vasodilatasi dan menghambat baik aktivasi trombosit
maupun adhesi lekosit. Vitamin E juga melindungi β-karoten dari
oksidasi.
b.
Farmakokinetik
Obat
Vitamin E diabsorpsi baik melalui
saluran pencernaan. Beta-lipoprotein mengikat vitamin E dalam darah dan
mendistribusikan ke semua jaringan. Kadar plasma sangat bervariasi diantara
individu normal, dan berfluktuasi tergantung kadar lipid. Rasio vitamin E
terhadap lipid total dalam plasma digunakan untuk memperkirakan status vitamin
E. Nilai di bawah 0,8 mg/g menunjukkan keadaan defisiensi. Pada umumnya kadar
tokoferol plasma lebih berhubungan dengan asupan dan gangguan absorpsi lemak
pada usus halus daripada ada tidaknya penyakit. Vitamin E sukar melalui sawar
plasenta sehingga bayi baru lahir hanya mempunyai kadar tokoferol plasma kurang
lebih seperlima dari kadar tokoferol plasma ibunya. ASI mengandung
α-tokoferol yang cukup bagi bayi. Ekskresi vitamin sebagian besar
dilakukan dalam empedu secara lambat dan sisanya diekskresi melalui urin
sebagai glukoronida dari asam tokoferonat atau metabolit lain.
c.
Indikasi
Pemberian vitamin E hanya
diindikasikan pada keadaan defisiensi yang dapat terlihat sari kadar serum yang
rendah dan atau peningkatan fragilitas eritrosit terhadap hydrogen peroksida.
Hal ini dapat terjadi pada bayi premature, pada pasien dengan sindrom
malabsorpsi dan steatore, dan penyakit dengan gangguan absorpsi lemak.
Penggunaan vitamin E untuk penyakit yang mirip dengan keadaan yang timbul
akibat defisiensi vitamin E seperti distrofia otot, abortus habitualis,
sterilitas, dan toxemia gravidarum.
d.
Posologi
Vitamin E tersedia dalam sediaan
per oral dan parenteral
e.
Dosis
Terapi untuk Kekurangan Vitamin
Malabsorpsi : 30-100 mg/hari
Defisit berat : 1-2 mg/KgBB/hari atau 50-200
IU/kgBB/hari
f.
Maintenance
Laki-laki : 10 mg/hari; 15 IU
Wanita : 8 mg/hari; 12 IU
Ibu hamil : 10-12 mg/hari
g.
Kondisi
kekurangan
Lisis sel darah merah
h.
Efek
samping
Tidak signifikan
i.
Adverse
Reactions
Dosis besar dapat menyebabkan
fatigue, kelemahan, mual, rasa tidak nyaman di perut, nyeri kepala, mammae
mengeras, dan waktu pembekuan memanjang.
j.
Kontra
indikasi
Pasien yang mengkonsumsi warfarin
(antikoagulan) harus sering memantau waktu pembekuan. Besi dan vitamin E
sebaiknya tidak diberikan bersama karena besi dapat mengganggu absorpsi dan
penggunaan vitamin.
5.
Asam
Folat
Asam folat (asam
pteroilmonoglutamat, PmGA) terdiri atas bagian-bagian pteridin, asam
paraaminobenzoat, dan asam glutamate. Asam folat penting untuk pertumbuhan
tubuh dan dibutuhkan dalam sintesis DNA.
PmGA bersama dengan konjugat yang
mengandung lebih dari satu asam glutamate membentuk suatu kelompok zat yang
dikenal sebagai folat. Folat merupakan bentuk aktif asam folat yang beredar di
seluruh jaringan tubuh. Sepertiga dari folat disimpan di liver dan sisanya
disimpan di jaringan lain. Sebagian besar asam folat diekskresi di empedu. Asam
folat didapatkan pada sayuran hijau, buah dan sayur berwarna kuning, ragi, dan
daging dan diabsorbsi di usus halus. Folat mudah rusak dengan pengolahan
(pemasakan) makanan.
Kebutuhan asam folat per hari
menurut U.S RDA antara lain pria dan wanita sebanyak 400 µg/hari,
kehamilan sebanyak 600-800 µg/hari, dan laktasi sebanyak 600-800
µg/hari
a.
Farmakodinamik
Obat
Asam folat (PmGA) merupakan
precursor inaktif dari berbagai koenzim yang berfungsi pada transfer unit
karbon tunggal (single carbon unit). Mula-mula folat reduktase mereduksi PmGA
menjadi THFA (asam tetrahidrofolat). THFA yang terbentuk bertindak sebagai
akseptor berbagai unit karbon tunggal dan selanjutnya memindahkan unit ini
kepada zat-zat yang memerlukan. Berbagai reaksi penting yang menggunakan unit
karbon tunggal adalah:
1)
sintesis
purin melalui pembentukan asam inosinat.
2)
sintesis
nukleotida pirimidin melalui metilasi asam deoksiuridilat menjadi asam timidat.
3)
interkonversi
beberapa asam amino misalnya antara serin dengan glisin, histidin dengan asam
glutamate, homosistein dengan metionin (yang terakhir juga memerlukan B12).
Peningkatan metabolism akibat penyakit infeksi, anemia hemolitik, dan adanya
tumor ganas meningkatkan kebutuhan folat .
b.
Farmakokinetik
Obat
Absorpsi asam folat paling baik
adalah melalui pemberian per oral terutama pada sepertiga bagian proksimal usus
halus. Pemberian dengan dosis kecil, memerlukan energy untuk melakukan absorpsi
sedangkan pada dosis besar, absorpsi dapat berlangsung secara difusi. Gangguan
pada usus halus masih dapat mencukupi kebutuhan folat.
Ada tidaknya tanspor protein
belum dapat dipastikan. Dua pertiga dari asam folat yang terdapat dalam plasma
darah terikat pada protein yang tidak difiltrasi ginjal. Distribusi folat
merata ke semua sel jaringan dan terjadi penumpukan dalam cairan serebrospinal.
Ekskresi berlangsung di ginjal dan sebagian besar dalam bentuk Metabolit.
c.
Indikasi
Penggunaan folat yang rasional
adalah pada pencegahan dan pengobatan defisiensi folat. Penggunaan secara
berlebihan pada pasien anemia pernisiosa dapat merugikan pasien karena folat
dapat memperbaiki kelainan darah pada anemia pernisiosa tanpat memperbaiki
kelainan neurologic sehingga dapat berakibat pasien cacat seumur hidup .
Kebutuhan asam folat meningkat
pada ibu hamil dan dapat menyebabkan defisiensi asam folat bila tidak atau
kurang mendapatkan asupan asam folat dari makanannya. Beberapa penelitian
menunjukkan ada hubungan kuat antara defisiensi asam folat pada ibu dengan
insidens neural tube defect, seperti spina bifida dan anensefalus, pada bayi
yang dilahirkan. Efek toksik pada penggunaan folat untuk manusia hingga
sekarang belum pernah dilaporkan.
d.
Posologi
Asam folat tersedia dalam bentuk
tablet yang mengandung 0,4; 0,8 dan 1 mg asam pteroliglutamat dan dalam larutan
injeksi asm folat 6 mg/ml. Selain itu, asam folat terdapat dalam berbagai
sediaan multivitamin atau digabung dengan antianemia lainnya. Asam folat
injeksi biasanya hanya digunakan sebagai antidotum pada intoksikasi antifolat
(antikanker).
e.
Dosis
Terapi untuk Kekurangan Vitamin
1-2 mg/hari
f.
Maintenance
Pria dan wanita : 400 µg/hari
Ibu hamil dan laktasi: 600-800
µg/hari
g.
Kondisi
kekurangan
Penurunan jumlah lekosit dan
factor pembekuan darah, anemia, gangguan intestinal, dan depresi.
h.
Efek
samping
Tidak signifikan
i.
Adverse
Reactions
j.
Dosis
besar dapat menutupi tanda dan gejala defisiensi vitamin B12 yang berisiko pada
usia tua. Pasien dengan Phenytoin (Dilantin) untuk kejang sebaiknya
berhati-hati mengkonsumsi asam folat karena dapat meningkatkan risiko
kejang.nSelama kehamilan trimester pertama, kekurangan asam folat dapat
mempengaruhi perkembangan system saraf pusat pada fetus; hal ini dapat
menyebabkan neural tube defects seperti spina bifida (defek penutupan struktur
tulang medulla spinalis) atau anencephaly ( sedikitnya formasi massa otak)
k.
Kontra
indikasi
l.
Anemia
pernisiosa, anemia aplastik, normocytic, dan anemia refrakter.
6.
Zinc/Seng
(Zn)
Zinc (Zn) merupakan mineral yang
berperan sebagai kofaktor lebih dari 100 enzim dan penting untuk metabolism
asam nukleat dan sintesis protein. Zn menstimulasi aktivitas lebih dari 100
enzim yang memiliki fungsi penting bagi tubuh termasuk produksi insulin,
membuat sperma dan memainkan peran penting dalam sistem imun dan sintesis DNA.
Zn membantu penyembuhan luka dan membantu pasien mempertahankan kemampuan dalam
pengecapan dan pembauan.
a.
Farmakodinamik
Obat
Absorpsi Zn dipercepat oleh
ligand berat molekul rendah yang berasal dari pancreas. Kurang lebih 20-30% Zn
per oral diabsorpsi terutama pada duodenum dan usus halus bagian proksimal.
Jumlah Zn yang diabsorpsi tergantung pada berbagai factor termasuk sumbernya.
Zn yang berasal dari hewan pada umumnya diabsorpsi lebih baik daripada yang
berasal dari tumbuhan. Hal ini disebabkan adanya fitat dan serat tumbuhan yang
mengikat Zn pada usus sehingga tidak dapat diabsorpsi. Fosfat, besi, Cu, Pb,
cadmium, dan kalsium juga menghambat absorpsi Zn. Sebaliknya absorpsi Zn
meningkat pada masa kehamilan. Hal ini dikarenakan oleh kortikosteroid dan
endotoksin. Dosis Zn yang lebih besar dari 150 mg dapatmenyebabkan kekurangan
tembaga, menurunkan HDL kolesterol, dan memperlemah respon imun pasien.
b.
Farmakokinetik
Obat
Zn didistribusikan ke seluruh
tubh dan kadar tertinggi didapatkan pada koroid mata, spermatozoa, rambut,
kuku, tulang, dan prostat. Di dalam plasma sebagian besar Zn terikat pad
protein terutama pada albumin, α-2 makroglobulin, dan transferin.
Ekskresi Zn terutama melalui feses sejumlah kurang lebih dua pertiga dari
asupan Zn. Sekitar 2% diekskresi di urin. Kehilangan Zn dalam jumlah besar
dapat terjadi akibat diare atau keluarnya cairan dari fistula. Zn menghambat
absorpsi dari tetrasiklin (antibiotic) dan oleh karena itu sebaiknya tidak
diminum bersamaan dengan antibiotic. Pasien harus menunggu dua jam setelah
meminum antibiotic sebelum mengkonsumsi Zn.
c.
Indikasi
Pemberian Zn secara rasional
adalah pada pasien dengan defisiensi Zn. Defisiensi ini terjadi akibat asupan
yang tidak cukup misalnya pada oang tua, alkoholisme dengan sirosis, dan gizi
buruk; absorpsi yang kurang misalnya pada sindrom malabsorpsi, fibrosis kistik;
meningkatnya ekskresi Zn pada pasien anemia sickle cell, luka bakar yang luas,
fistula yan mengeluarkan cairan; atau pada pasien dengan gangguan metabolism
bawaan misalnya akrodermatitis enteropatik. Defisiensi Zn pada ibu hamil
mungkin dapat menyebabkan efek teratogenik.Disfungsi kelamin dan impoten yang
terjadi pada pasien penyakit ginjal sebagian dapat diatasi dengan pemberian Zn.
d.
Posologi
Tersedia dalam bentuk per oral.
e.
Dosis
Terapi untuk Kekurangan Vitamin
12-19 mg/hari
f.
Maintenance
12-19 mg/hari
g.
Kondisi
kekurangan
Retardasi pertumbuhan, diare,
muntah, pubertas terlambat, kelemahan, kulit kering, penyembuhan luka yang
lama.
h.
Efek
samping
Tidak diketahui
i.
Adverse
Reactions
Anemia, peningkatan LDL
kolesterol, nyeri otot, demam, mual, dan muntah.
j.
Kontra
indikasi
Jangan diminum bersamaan dengan
tetrasiklin
7.
Mineral
Mix
Mineral mix merupakan salah satu
komponen dalam pembuatan Rehydration Solution for Malnutrition (ReSoMal) dan
Formula WHO (Formula 75 dan 100 ) yang digunakan dalam Tatalaksana Anak Gizi
Buruk untuk memenuhi kekurangan zat gizi mikro pada pada anak gizi buruk
Sasaran penguna mineral mix adalah anak gizi buruk klinis dan atau antropometri
(BB/TB < -3 SD) dan anak gizi buruk paska perawatan. Tiap kemasan/
sachet mineral mix mengandung zat aktif KCl, Tripotasium Citrat, Magnesium
Clorida, Zn asetat dan Cuprum sulfat. ReSoMal adalah cairan yang diberikan
kepada anak gizi buruk yang menderita diare dan atau dehidrasi. Formula WHO
adalah formula yang diberikan pada anak.
Penderita gizi buruk. Mineral mix
dalam bentuk sachet sudah tersedia di Kementerian Kesehatan dan menjadi pedoman
tatalaksana anak gizi buruk di Indonesia. Tiap kemasan mineral mix mengandung
zat aktif sebagai berikut:
a.
Komposisi
mineral mix
Tiap kemasan dimaksudkan untuk
membuat 20 ml larutan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pengetahuan
dan pemahaman mengenai seluruh unsur dan komponen obat-obatan yang berkaitan
dengan dunia kesehatan sangatlah penting. Tenaga kesehatan selaku orang yang
memiliki kewenangan dalam segala bentuk tindakan medis juga bertanggung jawab
penuh atas segala bentuk tindakan yang berkaitan dengan obat-obatan yang
digunakan.
Penguasaan
materi tentang keterkaitan berbagai penyakit dengan obat-obatan yang diberikan
kepada pasien dan terapi yang dilakukan oleh tenaga kesehatan, akan mengurangi
resiko yang mungkin ditimbulkan. Dalam segi pelayanan yang diberikan oleh
tenaga kesehatan juga akan berpengaruh terhadap tingkat kepuasaan klien yang
digunakan sebagai penentu mutu serta kualitas pelayanan kesehatan.
B.
Saran
Kepada
seluruh tenaga kesehatan diwajibkan untuk menguasai segala bentuk teori dan
metode yang berkaitan dengan obat-obatan. Tenaga kesehatan juga harus mampu
memberikan konseling kepada masyarakat mengenai segala aspek, unsur, dan
komponen obat-obatan yang digunakan dalam segala bentuk tindakan medis.
Kepada
masyarakat, diharapkan untuk tidak sembarangan dalam mengonsumsi obat-obatan,
dan lebih teliti dalam memilih obat-obatan. Selain itu, masyarakat diharapkan
untuk berkonsultasi dengan tenaga kesehatan dalam menangani gangguan maupun
penyakit yang dialami.
DAFTAR PUSTAKA
Farmakologi
Dasar dan Klinik Edisi 6, B.G. Katzung
Farmakologi
Pendekatan Proses Keperawatan, Joyce L.
Kee, Evelyn R. Hayes
Farmakologi
untuk Keperawatan, dr. Jan Tambayong
Sinopsis
Farmakologi, Dr. Agus Djamhuri
Farmakologi
dan Toksikologi Sistem Kekebalan, Darmono.
Jakarta : Universitas
Indonesia
(UI-Press). 2006
Farmakologi
Kebidanan. Sue Jordan. Jakarta :Buku
Kedokteran EGC. 2002
Tidak ada komentar:
Posting Komentar