Selasa, 05 Mei 2015

MAKALAH UTERUSTONIKA


BAB I
PENDAHULUAN

A.         Latar Belakang
Bidan mempunyai peranan yang semakin penting dalam tatalaksana obat selama persalinan dan periode postnatal. Tanggung jawab mereka meliputi : pemberian obat; pemantauan keadaan ibu, janin serta neonatus untuk mengemukakan tanda-tanda yang merugikan, dan preskripsi obat-obat tertentu dengan mengikuti protokol setempat yang sudah disepakati. Disamping itu, bidan merupakan sumber pertama penyuluhan pasien untukmenyampaikan informasi dan nasehat tentang pemakaian obat misalnya peredaan rasa nyeri dalam persalinan serta tatalaksana kala III persalinan. Dengan demikian bidan harus memahami kerja, efek samping, peringatan dan kontraindikasi untuk obat-obat yang digunakan pada kehamilan dankelahiran anak.
Pemberian obat harus selalu dilakukan dengan memperhatikan prinsip-prinsip pengetahuan hayati (bioscience) yang relevan, dasar evidensi dan pertimbangan hukum.
B.         Rumusan Masalah
1.     Apa saja macam-macam obat uterotonika?
2.     Apa saja macam-macam obat pre dan eklamsia?
3.     Apa saja macam-macam obat imunologi?
4.     Apa saja macam-macam obat vitamin dan mineral?
C.         Tujuan
1.     Untuk mengetahui berbagai macam obat uterotonika.
2.     Untuk mengetahui berbagai macam obat pre dan eklamsia.
3.     Untuk mengetahui berbagai macam obat imunologi.
4.     Untuk mengetahui berbagai macam obat vitamin dan mineral.
D.         Manfaat
1.     Dapat mengetahui berbagai macam obat uterotonika.
2.     Dapat mengetahui berbagai macam obat pre dan eklamsia.
3.     Dapat mengetahui berbagai macam obat imunologi.
4.     Dapat mengetahui berbagai macam obat vitamin dan mineral.

BAB II
PEMBAHASAN

A.         MACAM – MACAM OBAT UTEROTONIKA
1.     Pengertian Uterotonika
Uterotonik adalah zat yang meningkatkan kontraksi uterus. Uterotonik banyak digunakan untuk induksi, penguatan persalinan, pencegahan serta penanganan perdarahan post partum, pengendapan perdarahan akibat abortus inkompletikus dan penanganan aktif pada Kala persalinan.Pemberian obat uterotonik adalah salah satu upaya untuk mengatasi pendarahan pasca persalinan atau setelah lahirnya plasenta. Namun, pemberian obat ini sama sekali tidak dibolehkan sebelum bayi lahir. Keuntungan pemberian uterotonika ini adalah untuk mengurangi perdarahan kala III dan mempercepat lahirnya plasenta. Karena itu, pemberian pencegahan dapat diberikan pada setiap persalinan atau bila ada indikasi tertentu. Indikasi yang dimaksud, adalah hal-hal yang dicurigai akan menimbulkan perdarahan pasca persalinan yaitu :
a.      Riwayat persalinan yang kurang baik, misalnya:
b.     Riwayat perdarahan pada persalinan yang terdahulu.
c.      Grande multipara (lebih dari empat anak).
d.     Jarak kehamilan yang dekat (kurang dari dua tahun).
e.      Bekas operasi Caesar.
f.      Pernah abortus (keguguran) sebelumnya.
Bila terjadi riwayat persalinan kurang baik, ibu sebaiknya melahirkan dirumah sakit, dan jangan di rumah sendiri. Hasil pemeriksaan waktu bersalin, misalnya :
a.      Persalinan/kala II yang terlalu cepat, sebagai contoh setelah ekstraksi vakum, forsep.
b.     Uterus terlalu teregang, misalnya pada hidramnion, kehamilan kembar, anak besar.
c.      Uterus yang kelelahan, persalinan lama.
d.     Uterus yang lembek akibat narkosa.
e.      Inersia uteri primer dan sekunder.
Obat-obatan yang dipakai untuk pencegahan adalah Oksitosin dan Ergometrin. Caranya, disuntikkan intra muskuler atau intravena (bila diinginkan kerja cepat), setelah anak lahir.

2.     Macam – Macam Obat Uterotonika
a.      Alkaloid ergot
Sumber : jamur gandum clavikus purpurea Berdasarkan efek dan struktur kimia alkaloid ergot dibagi menjadi 3 :
1)     Alkaloid asam amino (ergotamin) Merupakan obat yang paling kuat dari kelompok alkaloid asam amino
2)     Derivat dihidro alkaloid asam amino (dihiro ergotamin)
3)     Alkaloid amin
b.     Oksitosin
Oksitosin merupakan hormone peptide yang disekresi olah pituitary posterior yang menyebabkan ejeksi air susu pada wanita dalam masa laktasi. Oksitosin diduga berperan pada awal kelahiran.
c.      Misoprostol / Prostagladin
Misoprostol adalah suatu analog prostaglandin Elsintetik yang menghambat sekresi asam lambung dan nmenaikkan proteksi mukosa lambung.
3.     Cara Kerja Obat Uterotonika
a.      Alkaloid ergot
1)     Mempengaruhi otot uterus berkontraksi terus-menerus sehingga memperpendek kala III (kala uri).
2)     Menstimulsi otot-otot polos terutama dari pembuluih darah perifer dan rahim.
3)     Pembuluh darah mengalami vasokonstriksi sehingga tekanan darah naik dan terjadi efek oksitosik pada kandungan mature.
b.     Oksitosin
Bersama dengan faktor-faktor lainnya oksitosin memainkan peranan yang sangat penting dalam persalinan dan ejeksi ASI. Oksitosin bekerja pada reseptor oksitosik untuk menyebabkan :
1)     Kontraksi uterus pada kehamilan aterm yang terjadi lewat kerja langsung pada otot polos maupun lewat peningkatan produkdsi prostaglandin
2)     Konstriksi pembuluh darah umbilicus
3)     Kontraksi sel-sel miopital ( refleks ejeksi ASI ) .Oksitosin bekerja pada reseptor hormone antidiuretik ( ADH )* untuk menyebabkan :
a)     Peningkatan atau penurunan yang mendadak pada tekanan darah 9 diastolik karena terjadinya vasodilatasi
b)     Retensin air
Catatan :
Oksitosin dan hormone anti diuretic memiliki rumus bangun yang sangat mirip sehingga menjelaskan mengapa fungsi kedua substansi ini saling tumpang tindih Kerja  oksitosin yang lain meliputi :
-        Kontraksi tuba falopi untuk membantu pengangkutan sperma,; luteolitis (involusi korpus luteum ).
-        Peranan neurotransmitter yang lain dalam system saraf pusat.
-        Oksitosin disintesis dalam hipotalamus, kelenjar gonad, plasenta dan uterus. Muylai dari usia kehamilan 32 minggu danselanjutnya, konsentrasi oksitosin dan demikian pula aktifitas uterus akan lebih tinggi pada malam harinya ( Hirst et al, 1993 ).
c)     Pelepasan oksitosin endogenus ditingkatkan oleh:
-        Persalinan
-        Stimulasi serviks vagina atau parudara
-        Estrogen yang beredar dalam darah
-        Peningkatan osmolalitas / konsentrasi plasma
-        Volume carian yang rendah dalam sirkulasi darah
-        Stress dalam persalinan dapat memacu partus presipitatus yang dikenal dengan istilah refleks ejeksi fetus. Stress yang disebabkan oleh tangisan bayi akan menstimulasi produksi ASI.
d)     Pelepasan oksitosin disupresi oleh :
-        Alcohol
-        Relaksin
-        Penurunan osmolalitas plasma
-        Volume cairan yang tinggi dalam sirkulasi darah ( Graves, 1996 )
c.      Misoprostol / Prostagladin
Setelah penggunaan oral misprostol diabsobrsi secara ekstensif dan cepat dide-esterifikasi menjadi obat aktif : asam misoprostol.Kadar puncak serum asam misoprostol direduksi jika misoprostol diminum bersama makanan.
d.     Indikasi dan Kontra Indikasi
1)     Alkaloid ergot
a)     Indikasi
Oksitosik : Sebagai stimultan uterus pada perdarahan paska persalinan atau paska abortus, yaitu :
-        Induksi partus aterm
-        Mengontrol perdarahan dan atoni uteri pasca persalinan.
-        Merangsang konstraksi setelah operasi Caesar/operasi uterus lainnya
-        Induksi abortus terapeutik
-        Uji oksitoksin
b)     Kontra Indikasi
Persalinan kala I dan II
-        Hipersensitif
-        Penyakit vascular
-        Penyakit jantung parah
-        Fungsi paru menurunFungsi hati dan ginjal menurun
-        Hipertensi yang parah
-        Eklampsi
2)     Oksitosin
a)     Indikasi :
-        Indikasi oksitosik.
-        Induksi partus aterm
-        Mengontrol perdarahan dan atuni uteri pasca persalinan
-        Merangsang konstraksi uterus setelah operasi Caesar
-        Uji oksitoksik
-        Menghilangkan pembengkakan payudara.
b)     Kontra Indikasi
Kontraksi uterus hipertonik
-        Distress janin
-        Prematurisasi
-        Letak bayi tidak normal
-        Disporposi sepalo pelvis
-        Predisposisi lain untuk pecahnya rahim
-        Obstruksi mekanik pada jalan lahir
-        Preeklamsi atau penyakit kardiovaskuler dan terjadi pada ibu hamil yang berusia 35 tahun
-        Resistensi dan mersia uterus
-        Uterus yang starvasi
-        Gawat janin
3)     Misopropil / Prostagladin
a)     Indikasi
-        Induksi partus aterm
-        Mengontrol perdarahan dan atoni uteri pasca persalinan
-        Merangsang kontraksi uterus post sc atau operasi uterus lainya
-        Induksi abortus terapeutik
-        Uji oksitosin
-        Menghilangkan pembengkakan mamae

B.         MACAM – MACAM OBAT PRE DAN EKLAMPSIA
1.     Pengertian Pre dan Eklampsia
Preeklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil, bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan protein uria tetapi tidak menjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya, sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan berumur 28 minggu atau lebih  ( Rustam Muctar, 1998 ). Tidak berbeda dengan definisi Rustam, Manuaba ( 1998) mendefinisikan bahwa preeklampsia (toksemia gravidarum) adalah tekanan darah tinggi yang disertai dengan proteinuria (protein dalam air kemih) atau edema (penimbunan cairan), yang terjadi pada kehamilan 20 minggu sampai akhir minggu pertama setelah persalinan. Selain itu, Mansjoer ( 2000 ) mendefinisikan bahwa preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. (Mansjoer, 2000). Menurut kamus saku kedokteran Dorland, Preeklampsia adalah toksemia pada kehamilan lanjut yang ditandai oleh hipertensi, edema, dan proteinuria.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa preeclampsia ( toksemia gravidarum) adalah sekumpulan gejala yang timbul ada wanita hamil, bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan poteinuria yang muncul pada kehamilan 20 minggu sampai akhir minggu pertama setelah persalinan.
Eklampsia adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan atau masa nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang (bukan timbul akibat kelainan neurologik) dan/atau koma dimana sebelumnya sudah menunjukkan gejala-gejala pre eklampsia.
2.     Etiologi Preeklampsia dan Eklampsia
Penyebab preeklampsia sampai sekarang belum diketahui. Tetapi ada teori yang dapat menjelaskan tentang penyebab preeklamsia, yaitu :
a.      Bertambahnya frekuensi pada primigraviditas, kehamilan ganda, hidramnion, dan mola hidatidosa.
b.     Bertambahnya frekuensi yang makin tuanya kehamilan.
c.      Dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam uterus.
d.     Timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma.
Beberapa teori yang mengatakan bahwa perkiraan etiologi dari kelainan tersebut sehingga kelainan ini sering dikenal sebagai the diseases of theory. Adapun teori-teori tersebut antara lain :
a.      Peran Prostasiklin dan Tromboksan .
b.     Peran faktor imunologis.
Beberapa studi juga mendapatkan adanya aktivasi system komplemen pada pre-eklampsi/eklampsia :
a.      Peran faktor genetik /familial
b.     Terdapatnya kecenderungan meningkatnya frekuensi preeklampsi/ eklampsi pada anak-anak dari ibu yang menderita preeklampsi/eklampsi.
c.      Kecenderungan meningkatnya frekuensi pre-eklampsi/eklampspia dan anak dan cucu ibu hamil dengan riwayat pre-eklampsi/eklampsia dan bukan pada ipar mereka.
d.     Peran renin-angiotensin-aldosteron system (RAAS)
3.     Klasifikasi Preeklampsia dan Eklampsia
Dibagi menjadi 2 golongan Pre eklampsia Ringan dan Pre eklampsia.
a.      Preeklampsia Ringan, bila disertai keadaan sebagai berikut:
1)     Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi berbaring terlentang; atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih; atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih .Cara pengukuran sekurang-kurangnya pada 2 kali pemeriksaan dengan jarak periksa 1 jam, sebaiknya 6 jam.
2)     Edema umum, kaki, jari tangan, dan muka; atau kenaikan berat 1 kg atau lebih per minggu.
3)     Proteinuria kwantatif 0,3 gr atau lebih per liter; kwalitatif 1 + atau 2 + pada urin kateter atau midstream.
b.     Preeklampsia Berat
1)     Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih.
2)     Proteinuria 5 gr atau lebih per liter.
3)     Oliguria, yaitu jumlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam .
4)     Adanya gangguan serebral, gangguan visus, dan rasa nyeri pada epigastrium.
5)     Terdapat edema paru dan sianosis.
4.     Macam – Macam Obat Preeklampsia dan Eklampsia
a.      Magnesium sulfat
Merupakan antikonvulsan yang efektif dan membantu mencegah kejang kambuhan dan mempertahankan aliran darah ke uterus dan aliran darah ke fetus. Magnesium sulfat  berhasil mengontrol kejang eklamptik pada >95% kasus. Selain itu zat ini memberikan keuntungan fisiologis untuk fetus dengan meningkatkan aliran darah ke uterus.

b.     Fenitoin
Fenitoin telah berhasil digunakan untuk mengatasi kejang eklamptik. Fenitoin bekerja menstabilkan aktivitas neuron dengan menurunkan flux ion di seberang membran depolarisasi. Keuntungan fenitoin adalah dapat dilanjutkan secara oral untuk beberapa hari sampai risiko kejang eklamtik berkurang.
c.      Diazepam
Telah lama digunakan untuk menanggulangi kegawatdaruratan pada kejang eklamptik. Mempunyai waktu paruh yang pendek dan efek depresi SSP yang signifikan.
d.     Hidralazin
Merupakan vasodilator arteriolar langsung yang menyebabkan takikardi dan peningkatan cardiac output. Hidralazin membantu meningkatkan aliran darah ke uterus dan mencegah hipotensi. Hidralazin dimetabolisir di hati. Dapat mengontrol hipertensi pada 95% pasien dengan eklampsia.
e.      Labetalol
Merupakan beta-bloker non selektif. Tersedia dalam preparat IV dan per oral. Digunakan sebagai pengobatan alternatif dari idralazin ada penderita eklampsia.
f.      Nifedipin
Merupakan Calcium Channel Blocker yang mempunyai efek vasodilatasi kuat arteriolar. Hanya tersedia dalam bentuk preparat oral.
5.     Cara Kerja Obat Preeklampsia dan Eklampsia
a.      Magnesium Sulfat
Mengahambat atau menurunkan asetikolin pada rangsangan serat saraf dengan menghambat transmisi neuromuskular. Transmisi neuromuscular membutuhkan kalsium pada sinaps. Pada pemberian magnesium sulaft, magnesium akan menggeser kalsium, sehingga aliran rangsangan tidak terjadi (terjadi kompetitif inhibition antara ion kalsium dan ion magnesium) kadar kalsium yang tinggi dalam darah dapat menghambat kerja magnesium sulfat.
b.     Fenitoin
Pada korteks motoris yaitu menghambat penyebaran aktivitas kejang. Kemungkinan hal ini disebabkan peningkatan pengeluaran natrium dari neuron dan fenitoin cenderung menstabilkan ambang rangsang terhadap hipereksitabilitas yang disebabkan perangsangan berlebihan atau kemampuan perubahan lingkungan di mana terjadi penurunan bertahap ion natrium melalui membran. Ini termasuk penurunan potensiasi paska tetanik pada sinaps. Fenitoin menurunkan aktivitas maksimal pusat batang otak yang berhubungan dengan fase tonik dari kejang tonik-klonik (grand mal).
c.      Diazepam
Diazepam melewati barier plasenta dan dapat menyebabkan depresi pernapasan pada neonatus, hipotensi dan hipotermi hingga 36 jam setelah pemberiannya. Depresi neonatal ini hanya terjadi bila dosisnya lebih dari 30 mg pada 15 jam sebelum kelahiran.
d.     Hidralazin
Merelaksasi otot polos arteriol secara langsung dan vasodilatasi yang terjadi dapat menimbulkan reaksi kompensasi yang kuat berupa peningkatan denyut dan kontraktilitas jantung, serta peningkatan renin plasma dan retensi cairan yang akan melawan efek hipotensi obat. Penurunan tekanan diatolik lebih besar daripada tekanan sitolik. Absorpsinya melalui saluran cerna dan hamper sempurna.
e.      Labetalol
Memblokir reseptor adrenergic yang memperlambat kecepatan sinus jantung, menurunkan resistansi peripheral vascular, dan menurunkan output kardiak.
f.      Nifedipin
Nifedipin bekerja sebagai antagonis kalsium dengan menghambat arus ion kalsium masuk ke dalam otot jantung dari luar sel. Karena kontraksi otot polos tergantung pada ion kalsium ekstra seluler, maka dengan adanya antagonis kalsium dapat menimbulkan efek inotropik negatif. Demikian juga dengan Nodus Sino Atrial (SA) dan Atrio Ventrikuler (AV) akan menimbulkan kronotropik negatif dan perlambatan konduksi AV.




C.         MACAM – MACAM OBAT IMUNOLOGI
1.     Pengertian Imunologi
Sistem imun membentuk sistem pertahanan badan terhadap bahan asing seperti mikroorganisma (bakteria, kulat, protozoa, virus dan parasit), molekul-molekul berpotensi toksik, atau sel-sel tidak normal (sel terinfeksi virus atau malignan). Sistem ini menyerang bahan asing atau antigen dan juga mewujudkan peringatan tentang kejadian tersebut supaya pendedahan yang berkali-kali terhadap bahan yang sama akan mencetuskan gerak balas yang lebih cepat dan tertingkat. Keimunan merujuk kepada keupayaan sesuatu individu yang telah sembuh dari sesuatu penyakit untuk kekal sihat apabila terdedah kepada penyakit yang sama untuk kali kedua dan seterusnya. Imunologi ialah cabang bidang perubatan yang berkaitan dengan gerak balas tubuh terhadap antigen. Pengimunan atau pemvaksinan menjana keupayaan untuk bertahan terhadap sesuatu penyakit tanpa mendedahkan tubuh kepada penyakit tersebut. Apabila sistem imun cacat, tertekan atau gagal, seperti dalam Sindrom Kurang Daya Tahan (AIDS) dan penyakit-penyakit kurang keimunan, kesannya ialah jangkitan yang teruk atau boleh membawa maut.
Suatu ciri asas sistem imun ialah keupayaan untuk membezakan bahan-bahan yang wujud secara semula jadi atau normal (diri) dari bahan-bahan atau agen-agen yang masuk ke dalam tubuh dari luar (bukan diri) dan menghasilkan gerak balas terhadap bahan bukan diri sahaja. Ketidakwujudan khusus suatu gerak balas terhadap diri dikenali sebagai toleransi. Peri pentingnya keupayaan untuk membezakan (mendiskriminasi) antara diri dan bukan diri, serta toleransi diri, ditunjukkan dalam penyakit-penyakit autoimun, apabila fungsi-fungsi tersebut gagal. Penyakit-penyakit ini terhasil apabila bahan normal tubuh dicam sebagai asing dan gerak balas imun dihasilkan terhadap bahan-bahan tersebut. Walau bagaimananpun, sistem imun lazimnya amat berkesan membezakan antara diri dan bukan diri.
2.     Antibody dan Penghasilannya
Antibodi merupakan molekul-molekul dalam plasma yang berfungsi mengcam dan bergabung dengan antigen asing. Antibodi tergolong ke dalam kumpulan protein yang dipanggil imunoglobulin (Ig). Terdapat lima kelas imunoglobulin berdasarkan perbezaan struktur, iaitu IgG, IgM, IgA, IgD dan IgE. Setiap satu kelas mempunyai ciri-ciri biologi dan fungsi berbeza. Dalam bidang perubatan dan penyelidikan antibodi monoklon banyak digunakan. Antibodi monoklon adalah tulen, homogen, dan dihasilkan oleh sel hibrid yang dibentuk dari perlakuran sel B dan sel tumor dalam kultur. Antibodi monoklon boleh digunakan untuk diagnosis dan terapi, seperti dalam peneutralan toksin dalam peredaran atau penyasaran (targetting) dadah dan radioisotop kepada sel kanser. Antibodi membanteras infeksi melalui berbagai cara. Organisma ataupun toksin-toksin yang dihasilkan boleh dineutralkan oleh antibodi yang menghalang bahan-bahan tersebut dari bergabung kepada sel. Antibodi juga membantu sel-sel fagosit (makrofaj, neutrofil) menelan bakteria atau menyebabkan lisis organisma dan sel terinfeksi. Ini terhasil dari kerjasama antibodi dengan pelengkap atau sel NK.
IgG merupakan antibodi yang paling banyak, terdapat terutamanya dalam serum, serta cecair dalam badan. IgG adalah benteng pertahanan penting terhadap bakteria, virus atau kulat yang telah memasukki badan. Dalam manusia, IgG merupakan satu-satunya imunoglobulin yang boleh melintas plasenta, oleh itu penting untuk pertahanan bayi baru lahir terhadap infeksi bakteria dan virus.
IgM ialah imunoglobulin bersaiz paling besar dan terdiri dari lima unit yang digabungkan. IgM ialah kelas antibodi yang dihasilkan paling awal dalam gerak balas primer dan ia merupakan pengaktif sistem pelengkap yang efisyen. Sistem pelengkap terdiri dari satu set protein plasma yang apabila diaktifkan dalam urutan yang betul membentuk laluan (lobang) pada membran sel sasaran dan membawa kepada kematian sel. IgM dan pelengkap amat efisyen memusnahkan bakteria Gram negatif atau parasit protozoa yang telah memasukki saluran darah. Pelengkap juga menyebabkan gerak balas keradangan apabila diaktifkan.
IgA merupakan benteng terhadap organisma patogen dalam usus, saluran pernafasan dan saluran urogenital. Sel B penghasil antibodi yang terdapat di kawasan-kawasan ini menghasilkan molekul IgA dimer, yang diangkut melintasi selaput epitelium dan dirembeskan pada permukaan mukosa. IgA rembesan menghalang pergabungan bakteria dan virus kepada epitelium, dan oleh yang demikian mencegah penyakit setempat atau patogen dari merebak ke bahagian tubuh yang lain. Keseluruhannya, IgA adalah antibodi yang banyak di dalam tubuh.
IgE boleh mencetuskan tindak balas alergi cepat seperti asma (lelah). Antibodi ini bergabung dengan permukaan sel-sel mast yang terdapat berhampiran saluran darah. Sel-sel ini mengandungi granul-granul yang terdiri dari histamina dan bahantara keradangan lain dan bahan-bahan ini dibebaskan dengan cepat apabila partikel-partikel seperti debunga atau bulu haiwan bergabung dengan molekul IgE yang tergabung pada permukaan sel mast. Histamina dan bahan-bahan lain yang dibebaskan oleh sel mast menyebabkan gejala-gejala yang dikaitkan dengan tindak balas alergi.
IgD beroperasi bersama IgM sebagai reseptor untuk antigen pada permukaan sel B. Amat sedikit IgD dirembeskan.
Input dari sel T penolong lazimnya diperlukan untuk sel B berkembang menjadi sel plasma penghasil antibodi. Sel T penolong menghasilkan protein-protein larut, atau sitokina, yang dipanggil interleukin (IL) 4, 5 dan 6 yang menyebabkan sel B membahagi dan membeza selepas bergabung dengan antigen. Keperluan sel T penolong menerangkan mengapa penghasilan antibodi berkurangan dalam penyakit AIDS, di mana sel T penolong dimusnahkan oleh infeksi HIV.
3.     Kontra Indikasi
Kontra indikasi dalam pemberian ada 3, yaitu:
Analvilaksis atau reaksi hipersensitiva (reaksi tubuh yang terlalu sensitif) yang hebat merupakan kontraindikasi mutlak terhadap dosis vaksin berikutnya. Riwayat kejang demam dan panas lebih dari 380C merupakan kontraindikasi pemberian DPT atau HB1 dan campak.
Jangan berikan vaksin BCG kepada bayi yang menunjukkan tanda-tanda dan gejala AIDS, sedangkan vaksin yang lainnya sebaiknya diberikan.
Jika orang tua sangat berkeberatan terhadap pemberian imunisasi kepada bayi yang sakit, lebih baik jangan diberikan vaksin, tetapi mintalah ibu kembali lagi ketika bayi sudah sehat.
Penanganan bagi bayi yang mengalami kondisi sakit, sebaiknya tetap diberikan
imunisasi:
Pada bayi yang mengalami alergi atau asma imunisasi masih bisa diberikan. Kecuali jika alergi pada komponen khusus dari vaksin yang diberikan.
Sakit ringan seperti infeksi saluran pernafasan atau diare dengan suhu dibawah 38,50C. Riwayat keluarga tentang peristiwa yang membahayakan setelah imunisasi. Riwayat yang belum tentu benar ini membuat keengganan bagi ibu untuk memberikan imunisasi pada anaknya, akan tetapi hal ini bukan masalah besar, jadi imunisasi masih tetap diberikan.
Pengobatan antibiotik, masih biasa diberikan bersamaan dengan pemberian munisasi. Dugaan infeksi HIV atau positif terinfeksi HIV dengan tidak menunjukkan tanda-tanda dan gejala AIDS, jika menunjukkan tanda-tanda dan gejala AIDS kecuali imunisasi BCG, imunisasi yang lain tetap berlaku.
Anak diberi ASI, bukan masalah pemberian ASi jika disertai pemberian imunisasi. Pemberian imunisasi juga dapat dilakukan pada bayi yang sakit kronis, seperti penyakit jantung kronis, paru-paru, ginjal atau liver. Pada penderita down’s syndrome atau pada anak dengan kondisi saraf yang stabil seperti kelumpuhan otak yang disebabkan karena luka, imunisasi boleh saja diberikan. Bayi yang lahir sebelum waktunya (prematur) atau berat bayi saat lahir rendah. Sebelum atau pasca operasi.
4.     Efek Samping Obat
Efek samping obat adalah setiap efek yang tidak diharapkan, yang merugikan atau membahayakan pasien (adverse reactions) sebagai akibat dari suatu pengobatan atau prosedur terapi. Setiap obat mempunyai kemungkinan untuk menyebabkan efek samping. Hal ini disebabkan karena sama halnya dengan efek terapi, efek samping obat juga merupakan hasil interaksi yang kompleks antara molekul obat dengan tempat kerja spesifik dalam sistem biologis tubuh, yang bervariasi antar individu.
Efek samping obat bisa saja muncul pada setiap penggunaan obat, baik obat farmasi (mengandung bahan aktif tertentu yang diproses secara kimia), maupun obat herbal. Hal ini karena setiap zat aktif yang bersifat terapi mungkin saja memberikan reaksi yang tidak diinginkan.
Beberapa contoh efek samping misalnya:
-        Reaksi Imunologi (kekebalan tubuh), contoh: reaksi alergi akut karena suntikan antibiotik.
-        Efek farmakologis yang berlebihan, contoh: hipoglikemia berat karena pemberian insulin.
-        Efek samping karena penggunaan jangka lama, contoh: osteoporosis karena pengobatan kortikosteroid jangka lama.
-        Gejala putus obat (withdrawal symptoms), dan sebagainya.


D.         MACAM – MACAM OBAT VITAMIN DAN MINERAL
1.     Vitamin A
Vitamin A merupakan salah satu jenis vitamin yang larut lemak. Vitamin A (Acon, Aquasol) membantu menjaga pertumbuhan jaringan epitel, mata, rambut, dan tulang. Selain itu juga digunakan untuk pengobatankelainan kulit seperti acne. Vitamin mempunyai efek toksik jika digunakan secara berlebihan.
Contohnya,defek lahir dapat terjadi jika pasien mengkonsumsi lebih dari 6000 IU selama kehamilan. Hal ini penting untuk diingat bahwa vitamin disimpan di liver sampai lebih dari dua tahun, dimana dapat mengakibatkan toksisitas jika pasien mengkonsumsi dengan dosis yang besar .
Vitamin A didapat dalam 2 bentuk yaitu preformed vitamin A (vitamin A, retinoid, retinol, dan derivatnya) dan provitamin A (karotenoid/ karoten dan senyawa sejenis) (Dewoto 2007). Sumber makanan yang mengandung vitamin A antara lain semua jenis susu, mentega, telur, sayuran dengan daun berwarna hijau dan kuning, buah-buahan, dan liver. Menurut U.S Recommended Dietary Allowance (RDA) kebutuhan vitamin A pada pria dewasa sebanyak 1000 µg atau 5000 IU, wanita dewasa 800 µg atau 4000 IU, pada kehamilan membutuhkan sebanyak 1000 µg atau 5000 IU, dan pada ibu menyusui 1200 µg atau setara dengan 6000 IU.
a.      Farmakodinamik Obat
Pada fibroblast atau jaringan epitel terisolasi, retinoid dapat meningkatkan sintesis beberapa jenis protein seperti fibronektin dan mengurangi sintesis protein seperti kolagenase dan keratin. Hal ini disebabkan karena adanya perubahan transkripsi pada inti dan asam retinoat lebih kuat dalam menyebabkan perubahan tersebut. Asam retinoat mempengaruhi ekspresi gen dengan bergabung pada reseptor yang berada di inti sel. Terdapat dua kelompok reseptor, yaitu Retinoid Acid Receptors (RARs) dan Retinoid X Receptors (RXRs). Reseptor retinoid segolongan dengan reseptor steroid, hormone tiroid, dan kalsitriol. Retinoid dapat mempengaruhi ekspresi reseptor hormon dan faktor pertumbuhan sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan, diferensiasi, dan fungsi sel target. Selain itu juga diperlukan untuk pertumbuhan tulang, alat reproduksi, dan perkembangan embrio.
b.     Farmakokinetik Obat
Vitamin ini diabsorpsi sempurna melalui usus halus dan kadarnya dalam plasma mencapai puncak setelah empat jam tetapi absorpsi dosis besar vitamin A kurang efisien karena sebagian akan keluar melalui feses. Gangguan absorpsi lemak akan menyebabkan gangguan absorpsi vitamin A, maka pada keadaan ini dapat digunakan sediaan vitamin A yang larut dalam air. Absorpsi vitamin A berkurang bila diet kurang mengandung protein atau pada penyakit infeksi tertentu dan pada penyakit hati seperti hepatitis, sirosis hepatis atau obstruksi biliaris. Berkurangnya absorpsi vitamin A pada penyakit hati berbanding lurus dengan derajat insufisiensi hati.
c.      Indikasi
Vitamin A diindikasikan untuk pencegahan dan pengobatan defisiensi vitamin A.
d.     Posologi
Jenis sediaan untuk vitamin A antara lain oral, suntikan, dan topical. Penggunaan oral terdapat bentuk tablet, kapsul, atau larutan/sirup. Sediaan vitamin A dalam larutan air paling cepat diabsorpsi dan memberikan kadar plasma lebih tinggi dibandingkan sediaan minyak. Vitamin A kapsul mengandung 3-15 mg retinol (10.000-15.000 IU) per kapsul. Sediaan suntikan dalam bentuk larutan mengandung 50.000 IU vitamin A/ml dapat diberikan secara IM untuk pasien malabsorpsi, mual, muntah, dan gangguan mata berat. Dosis lebih dari 25.000 IU/hari hanya dapat diberikan pada pasien defisiensi berat.Penggunaan oral lebih baik daripada parenteral.
Dosis Terapi untuk Kekurangan Vitamin A
100.000-500.000 IU sehari 3 kali; lalu 50.000 IU selama 14 hari (sehari sekali)
Maintenance 10.000-20.000 IU selama 60 hari Kategori dalam kehamilan.
Protein Binding tidak diketahui; waktu paruh: minggu-bulanan kondisi kekurangan Terapi kekurangan vitamin A nya, cegah rabun senja, atasi kelainan kulit, tingkatkan pertumbuhan tulang
e.      Efek samping
Nyeri kepala, fatigue, drowsiness, iritabel, anorexia, muntah, diare, kulit kering, perubahan visus, hipoprotrombinemia
f.      Adverse Reactions
Bukti dengan toksisitas: lekopenia, anemia aplastik, papiledema, peningkatan tekanan intracranial, hypervitaminosis A (rambut rontok dan kulit mengelupas). Dosis besar selama kehamilan dapat mengakibatkan cacat bawaan.
g.     Kontra indikasi
Minyak mineral, kolestiramin,alcohol, dan obat anti dislipidemia karena dapat menurunkan absorpsi vitamin A. Vitamin ini diekskresi di ginjal dan feses. (Kamiensky, Keogh 2006)
2.     Vitamin B6 (Pyridoxine)
Vitamin B6 merupakan jenis vitamin yang larut air. Pemberian vitamin B6 pada umumnya untuk mengkoreksi kekurangan vitamin B6 dan membantu mengurangi gejala neuritis yang disebabkan oleh pemakaian isoniazid (INH) pada terapi TB. Sumber makanan yang banyak mengandung vitamin ini antara lain daging, sayuran dengan daun berwarna hijau, sereal gandum utuh, ragi, dan pisang. Kebutuhan vitamin B6 berdasarkan U.S.
RDA adalah untuk pria sebanyak 15-19 mg/hari, wanita 14-15 mg/hari, kehamilan 18 mg/hari, dan laktasi sekitar 20 mg/hari
a.      Farmakodinamik Obat
Pemberian piridoksin secara oral dan parenteral tidak menunjukkan efek farmakodinamik yang nyata. Dosis sangat besar yaitu 3-4 g/kgBB menyebabkan kejang dan kematian pada hewan coba tetapi dosis kurang dari ini umumnya tidak menimbulkan efek yang jelas. Piridoksal fosfat dalam tubuh merupakan koenzim yang berperan penting dalam metabolisme berbagai asam amino, di antaranya dekarboksilasi, transminasi, dan rasemisasi triptofan, asam-asam amino yang bersulfur dan asam amino hidroksida .
b.     Farmakokinetik Obat
Piridoksin, piridoksal, dan piridoksamin mudah diabsorpsi melalui saluran cerna. Metabolit terpenting dari ketiga bentuk tersebut adalah 4-asam piridoksat. Ekskresi melalui urin terutama dalam bentuk 4-asam piridoksat dan piridoksal .
c.      Indikasi
Pencegahan dan pengobatan defisiensi B6, diberikan bersama vitamin B lainnya atau sebagai multivitamin untuk pencegahan dan pengobatan defisiensi vitamin B kompleks. Indikasi lain adalah untuk mencegah dan mengobati neuritis perifer oleh obat seperti INH, sikloserin, hidralazin, penisilamin yang bekerja sebagai antagonis piridoksin dan/atau meningkatkan ekskresinya melalui urin. Pemberian pada wanita yang menggunakan kontrasepsi oral yang mengandung estrogen juga dibenarkan karena kemungkinan terjadinya defisiensi piridoksin pada wanita-wanita tersebut. Piridoksin juga dilaporkan dapat memperbaikin gejala keilosis, dermatitis seboroik, glositis, dan stomatitis yang tidak memberikan respon terhadap tiamin, riboflavin, dan niasin serta dapat mengurangi gejala-gejala yang menyertai tegangan prahaid (pramesntrual tension). Indikasi lain yaitu untuk anemia yang responsive terhadap piridoksin yang biasanya sideroblastik.
d.     Posologi
Piridoksin tersedia sebagai tablet piridoksin HCl 10-100 mg dan sebagai larutan steril 100 mg/ml piridoksin HCl untuk injeksi.
e.      Dosis Terapi untuk Kekurangan Vitamin 25-100 mg/hari
Isoniazid therapy prophylaxis   : 20-25 mg/hari
Peripheral neuritis                     : 50-200 mg/hari Maintenance
Laki-laki                                                : 2 mg/hari
Wanita                                       : 1,6 mg/hari
Ibu hamil                                   : 2,1 mg/hari
Ibu menyusui                             : 2,2 mg/hari
f.      Kondisi kekurangan
Neuritis, kejang, dermatitis, anemia, lymphopenia.


g.     Efek samping
Nyeri kepala, mual, somnolen; dosis tinggi menyebabkan neuropathy sensorik (paresthesia, unstable gait, clumsiness of hands) Adverse Reactions megadosis jangka panjang dapat menyebabkan neuropathy sensorik.
h.     Kontra indikasi
Dihindarkan pada pasien yang mendapat levodopa, terapi IV pada pasien jantung.
Perhatian            :  megadosis pada kehamilan

3.     Vitamin C
Vitamin C atau asam askorbat merupakan vitamin yang larut dalam air. Vitamin C bekerja sebagai suatu koenzim dan pada keadaan tertentu merupakan reduktor dan antioksidan. Vitamin ini dapat secara langsung atau tidak langsung memberikan elektron ke enzim yang membutuhkan ion-ion logam tereduksi dan bekerja sebagai kofaktor untuk prolil dan lisil hidroksilase dalam biosintesis kolagen. Zat ini berbentuk kristal dan bubuk putih kekuningan, stabil pada keadaan kering. Vitamin ini dapat ditemukan di buah citrus, tomat, sayuran berwarna hijau, dan kentang. vitamin ini digunakan dalam metabolisme karbohidrat dan sintesis protein, lipid, dan kolagen. Vitamin C juga dibutuhkan oleh endotel kapiler dan perbaikan jaringan. vitamin C bermanfaat dalam absorpsi zat besi dan metabolism asam folat. Tidak seperti vitamin yang larut lemak, vitamin C tidak disimpan dalam tubuh dan diekskresikan di urine. Namun, serum level vitamin C yang tinggi merupakan hasil dari dosis yang berlebihan dan diekskresi tanpa mengubah apapun.
Kebutuhan vitamin C berdasarkan U.S. RDA antara lain untuk pria dan wanita sebanyak 60 mg/hari, bayi sebanyak 35 mg/hari, ibu hamil sebanyak 70 mg/hari, dan ibu menyusui sebanyak 95 mg/hari. Kebutuhan vitamin C meningkat 300-500% pada penyakit infeksi, TB, tukak peptik, penyakit neoplasma, pasca bedah atau trauma, hipertiroid, kehamilan, dan laktasi.
a.      Farmakodinamik Obat
Vitamin C berperan sebagai kofaktor dalam sejumlah reaksi hidroksilasi dan amidasi dengan memindahkan electron ke enzim yang ion logamnya harus berada dalam keadaan tereduksi; dan dalam keadaan tertentu bersifat sebagai antioksidan. Vitamin C dibutuhkan untuk mempercepat perubahan residu prolin dan lisin padam prokolagen menjadi hidroksiprolin dan hidroksilisin pada sintesis kolagen. Perubahan asam folat menjadi asam folinat, metabolisme obat oleh mikrosom dan hidroksilasi dopamine menjadi norepinefrin juga membutuhkan vitamin C. Asam askorbat meningkatkkan aktivitas enzim amidase yang berperan dalam pembentukan hormon oksitosin dan hormon diuretik. Vitamin C juga meningkatkan absorpsi besi dengan mereduksi ion feri menjadi fero di lambung.Peran vitamin C juga didapatkan dalam pembentukan steroid adrenal.
Fungsi utama vitamin C pada jaringan adalah dalam sintesis kolagen, proteoglikan zat organik matriks antarsel lain misalnya pada tulang, gigi, dan endotel kapiler. Peran vitamin C dalam sintesis kolagen selain pada hidroksilasi prolin juga berperan pada stimulasi langsung sintesis peptide kolagen. Gangguan sintesis kolagen terjadi pada pasien skorbut. Hal ini tampak pada kesulitan dalam penyembuhan luka, gangguan pembentukan gigi, dan pecahnya kapiler yang mengakibatkan petechiae dan echimosis. Perdarahan tersebut disebabkan oleh kebocoran kapiler akibat adhesi sel-sel endotel yang kurang baik dan mungkin juga karena gangguan pada jaringan ikat perikapiler sehingga kapiler mudah pecah oleh penekanan .
Pemberian vitamin C pada keadaan normal tidak menunjukkan efek farmakodinamik yang jelas. Namun pada keadaan defisiensi, pemberian vitamin C akan menghilangkan gejala penyakit dengan cepat.
b.     Farmakokinetik Obat
Vitamin C mudah diabsorpsi melalui saluran cerna.pada keadaan normal tampak kenaikan kadar vitamin C dalam darah setelah diabsorpsi. Kadar dalam lekosit dan trombosit lebih besar daripada dalam plasma dan eritrosit. Distribusinya luas ke seluruh tubuh dengan kadar tertinggi dalam kelenjar dan terendah dalam otot dan jaringan lemak. Ekskresi melalui urin dalam bentuk utuh dan bentuk garam sulfatnya terjadi jika kadar dalam darah melewati ambang rangsang ginjal yaitu 1,4 mg%. Beberapa obat diduga dapat mempercepat ekskresi vitamin C misalnya tetrasiklin, fenobarbital, dan salisilat.
Vitamin C dosis besar dapat memberikan hasil false negative pada uji glikosuria (enzymedip test) dan uji adanya darah pada feses pasien karsinoma kolon. Hasil false positive dapat terjadi pada clinitest dan tes glikosuria dengan larutan Benedict.
c.      Indikasi
Vitamin C diindikasikan untuk pencegahan dan pengobatan skorbut. Selain itu, vitamin C juga digunakan untuk berbagai penyakit yang tidak ada hubungannya dengan defisiensi vitamin C dan seringkali digunakan dengan dosis besar. Namun, efektivitasnya belum terbukti. Vitamin C yang mempunyai sifat reduktor digunakan untuk mengatasi methemoglobinemia idiopatik meskipun kurang efektif dibandingakan dengan metilen blue. Vitamin C tidak mengurangi insidens common cold tetapi dapat mengurangi berat sakit dan lama masa sakit.
d.     Posologi
Vitamin C terdapat dalam berbagai preparat baik dalam bentuk tablet yang mengandung 50-1500 mg maupun dalam bentuk larutan. Kebanyakan sediaan multivitamin mengandung vitamin C. Sediaan suntik mengandung vitamin C sebanyak 100-500 mg dalam larutan. Air jeruk mengandung vitamin C yang tinggi sehingga dapat digunakan untuk terapi menggantikan sediaan vitamin C.
Kalsium askorbat dan natrium askorbat didapatkan dalam bentuk tablet dan bubuk unutk penggunaan per oral.
e.      Dosis Terapi untuk Kekurangan Vitamin C
Dewasa: per hari 50-100 mg. defisiensi berat, PO:IM:IV: 150-500 mg/hari dalam 1-2 dosis terbagi. 500-6000 mg/hari untuk terapi ISPA, kanker, atau hiperkolesterolemia Maintenance 45-60 mg/hari Kategori dalam kehamilan.
f.      Kondisi kekurangan
Cegah dan atasi defisiensi vitamin C (Scurvy); meningkatkan penyembuhan luka; untuk luka bakar; krisis sel sickle; deep vein thrombosis; terapi megavitamin (dosis massif) tidak direkomnedasikan karena dapat menyebabkan toksisitas.
g.     Efek samping
Nyeri kepala, fatigue, drowsiness, mual, dada terbakar, muntah, diare. Vitamin C dengan aspirin atau sulfonamide dapat menyebabkan pembentukan Kristal di urin (Crystalluria); dapat memberikan hasil false negative adanya darah pada uji feses dan false positive glikosuria jika diperiksa dengan Clinitest.
h.     Adverse Reactions
Batu ginjal, crystalluria, hiperurecemia; dosis massif dapat menyebabkan diare dan rasa tidak enak di perut (GI upset)
i.       Kontra indikasi
Dosis besar dapat menurunkan efek antikoagulasi oral, kontrasepsi oral dapat menurunkan kadar vitamin C dalam tubuh; merokok menurunkan kadar serum vitamin C, digunakan dengan perhatian pada renal calculi batu ginjal); gout, anemia, sel sickle, seideroblastik, thalassemia.
j.       Interaksi obat
k.     Menurunkan uptake asam askorbat jika digunakan dengan salisilat; dapat menurunkan efek antikoagulan oral; dapat menurunkan eliminasi aspirin
4.     Vitamin E
Vitamin E adalah vitamin yang larut dalam lemak dan dapat melindungi jantung, arteri, dan komponen selular untuk tetap melakukan oksidasi dan mencegah lisis sel darah merah. Jika terdapat ketidakseimbangan garam, sekresi pancreas, dan lemak, vitamin E diabsorpsi di saluran pencernaan dan disimpan di seluruh jaringan, terutama liver, otot, dan jaringan lemak. Tujuh puluh lima persen dari jumlah vitamin E diekskresi di empedu dan sisanya melalui urin.
Delapan jenis tokoferol alam mempunyai aktivias vitamin E. RRR-α tokoferol (dahulu disebut d-α-tokoferol) merupakan bentuk paling penting karena merupakan 90% dari tokoferol yang berasal dari hewan dengan aktivitas biologik paling besar .
Sumber makanan yang banyak mengandung vitamin E antara lain sereal gandum utuh, minyak sayuran, daun bawang, biji bunga matahari. Kebutuhan vitamin E per hari menurut U.S RDA yaitu pada pria sebanyak 10mg/hari; 15 IU, wanita sebanyak 8 mg/hari; 12 IU, pada kehamilan dibutuhkan sebanyak 10-12 mg/hari.
Kebutuhan vitamin A pada orang Indonesia belum diketahui akan tetapi diperkirakan sama dengan rekomendasi U.S RDA .
Akibat kekurangan vitamin E, Jika asupan vitamin E kurang pada tubuh maka sel darah merah mudah rusak kemudian terbelah. Pada keadaan ini terjadi kerusakan pada sistem otot dan syaraf. Nantinya orang tersebut akan mengalami kesulitan dalam berjalan. Serta terjadinya nyeri pada otot betis. Bahkan jika kekurangan vitamin E ini cukup besar dan berkelanjutan, dapat berpotensi memicu adanya kanker baru dalam tubuh yang menyerang paru-paru, saluran pencernaan, dan payudara.
Bagaimana jika terjadi pada bayi dan anak-anak? Penyakit pada bayi juga banyak yang disebabkan kekurangan vitamin E. Apalagi pada bayi prematur yang memang memiliki cadangan vitamin E yang sedikit. Sehingga pada bayi prematur yang kekurangan vitamin E dalam tubuhnya akan mengalami gangguan penglihatan. Pada anak yang memiliki usia yang lebih besar, kekurangan vitamin E ini akan menimbulkan penyakit seperti kelainan saraf, refleks menurun, gangguan penyerapan di usus, dan lemahnya otot.
Perlu adanya penanganan khusus jika seseorang sudah kekurangan vitamin atau defisiensi vitamin E secara akut bahkan kronis. Untuk segera dilakukan upaya pengobatan rumah sakit, Pemberian vitamin E secara kontinu agar tidak timbul penyakit yang lebih besar seperti kanker usus, kanker payudara atau kanker paru-paru tidak terjadi.
a.      Farmakodinamik Obat
Vitamin E berperan sebagai antioksidan dan dapat melindungi kerusakan membrane biologis akibat radikal.
Vitamin E melindungi asam lemak tak jenuh pada membrane fosfolipid. Radikal peroksil bereaksi 1000 kali lebih cepat dengan vitamin E daripada dengan asam lemak tak jenuh dan membentuk radikal tokoferoksil. Radikal ini selanjutnya berinteraksi dengan antioksidan yang lain seperti vitamin C yang akan membentuk kembali tokoferol. Vitamin E juga penting untuk melindungi membrane sel darah merah yang kaya asam lemak tak jenuh ganda dari kerusakan akibat oksidasi. Vitamin ini berperan dalam melindungi lipoprotein dari LDL teroksidasi dalam sirkulasi. LDL teroksidasi ini memegang peranan penting dalam menyebabkan aterosklerosis. Selain efek antioksidan, vitamin E juga berperan mengatur proliferasi sel otot polos pembuluh darah, menyebabkan vasodilatasi dan menghambat baik aktivasi trombosit maupun adhesi lekosit. Vitamin E juga melindungi β-karoten dari oksidasi.
b.     Farmakokinetik Obat
Vitamin E diabsorpsi baik melalui saluran pencernaan. Beta-lipoprotein mengikat vitamin E dalam darah dan mendistribusikan ke semua jaringan. Kadar plasma sangat bervariasi diantara individu normal, dan berfluktuasi tergantung kadar lipid. Rasio vitamin E terhadap lipid total dalam plasma digunakan untuk memperkirakan status vitamin E. Nilai di bawah 0,8 mg/g menunjukkan keadaan defisiensi. Pada umumnya kadar tokoferol plasma lebih berhubungan dengan asupan dan gangguan absorpsi lemak pada usus halus daripada ada tidaknya penyakit. Vitamin E sukar melalui sawar plasenta sehingga bayi baru lahir hanya mempunyai kadar tokoferol plasma kurang lebih seperlima dari kadar tokoferol plasma ibunya. ASI mengandung α-tokoferol yang cukup bagi bayi. Ekskresi vitamin sebagian besar dilakukan dalam empedu secara lambat dan sisanya diekskresi melalui urin sebagai glukoronida dari asam tokoferonat atau metabolit lain.
c.      Indikasi
Pemberian vitamin E hanya diindikasikan pada keadaan defisiensi yang dapat terlihat sari kadar serum yang rendah dan atau peningkatan fragilitas eritrosit terhadap hydrogen peroksida. Hal ini dapat terjadi pada bayi premature, pada pasien dengan sindrom malabsorpsi dan steatore, dan penyakit dengan gangguan absorpsi lemak. Penggunaan vitamin E untuk penyakit yang mirip dengan keadaan yang timbul akibat defisiensi vitamin E seperti distrofia otot, abortus habitualis, sterilitas, dan toxemia gravidarum.
d.     Posologi
Vitamin E tersedia dalam sediaan per oral dan parenteral
e.      Dosis Terapi untuk Kekurangan Vitamin
Malabsorpsi       : 30-100 mg/hari
Defisit berat       : 1-2 mg/KgBB/hari atau 50-200 IU/kgBB/hari
f.      Maintenance
Laki-laki            : 10 mg/hari; 15 IU
Wanita               : 8 mg/hari; 12 IU
Ibu hamil           : 10-12 mg/hari
g.     Kondisi kekurangan
Lisis sel darah merah
h.     Efek samping
Tidak signifikan
i.       Adverse Reactions
Dosis besar dapat menyebabkan fatigue, kelemahan, mual, rasa tidak nyaman di perut, nyeri kepala, mammae mengeras, dan waktu pembekuan memanjang.
j.       Kontra indikasi
Pasien yang mengkonsumsi warfarin (antikoagulan) harus sering memantau waktu pembekuan. Besi dan vitamin E sebaiknya tidak diberikan bersama karena besi dapat mengganggu absorpsi dan penggunaan vitamin.

5.     Asam Folat
Asam folat (asam pteroilmonoglutamat, PmGA) terdiri atas bagian-bagian pteridin, asam paraaminobenzoat, dan asam glutamate. Asam folat penting untuk pertumbuhan tubuh dan dibutuhkan dalam sintesis DNA.
PmGA bersama dengan konjugat yang mengandung lebih dari satu asam glutamate membentuk suatu kelompok zat yang dikenal sebagai folat. Folat merupakan bentuk aktif asam folat yang beredar di seluruh jaringan tubuh. Sepertiga dari folat disimpan di liver dan sisanya disimpan di jaringan lain. Sebagian besar asam folat diekskresi di empedu. Asam folat didapatkan pada sayuran hijau, buah dan sayur berwarna kuning, ragi, dan daging dan diabsorbsi di usus halus. Folat mudah rusak dengan pengolahan (pemasakan) makanan.
Kebutuhan asam folat per hari menurut U.S RDA antara lain pria dan wanita sebanyak 400 µg/hari, kehamilan sebanyak 600-800 µg/hari, dan laktasi sebanyak 600-800 µg/hari
a.      Farmakodinamik Obat
Asam folat (PmGA) merupakan precursor inaktif dari berbagai koenzim yang berfungsi pada transfer unit karbon tunggal (single carbon unit). Mula-mula folat reduktase mereduksi PmGA menjadi THFA (asam tetrahidrofolat). THFA yang terbentuk bertindak sebagai akseptor berbagai unit karbon tunggal dan selanjutnya memindahkan unit ini kepada zat-zat yang memerlukan. Berbagai reaksi penting yang menggunakan unit karbon tunggal adalah:
1)     sintesis purin melalui pembentukan asam inosinat.
2)     sintesis nukleotida pirimidin melalui metilasi asam deoksiuridilat menjadi asam timidat.
3)     interkonversi beberapa asam amino misalnya antara serin dengan glisin, histidin dengan asam glutamate, homosistein dengan metionin (yang terakhir juga memerlukan B12). Peningkatan metabolism akibat penyakit infeksi, anemia hemolitik, dan adanya tumor ganas meningkatkan kebutuhan folat .
b.     Farmakokinetik Obat
Absorpsi asam folat paling baik adalah melalui pemberian per oral terutama pada sepertiga bagian proksimal usus halus. Pemberian dengan dosis kecil, memerlukan energy untuk melakukan absorpsi sedangkan pada dosis besar, absorpsi dapat berlangsung secara difusi. Gangguan pada usus halus masih dapat mencukupi kebutuhan folat.
Ada tidaknya tanspor protein belum dapat dipastikan. Dua pertiga dari asam folat yang terdapat dalam plasma darah terikat pada protein yang tidak difiltrasi ginjal. Distribusi folat merata ke semua sel jaringan dan terjadi penumpukan dalam cairan serebrospinal. Ekskresi berlangsung di ginjal dan sebagian besar dalam bentuk Metabolit.
c.      Indikasi
Penggunaan folat yang rasional adalah pada pencegahan dan pengobatan defisiensi folat. Penggunaan secara berlebihan pada pasien anemia pernisiosa dapat merugikan pasien karena folat dapat memperbaiki kelainan darah pada anemia pernisiosa tanpat memperbaiki kelainan neurologic sehingga dapat berakibat pasien cacat seumur hidup .
Kebutuhan asam folat meningkat pada ibu hamil dan dapat menyebabkan defisiensi asam folat bila tidak atau kurang mendapatkan asupan asam folat dari makanannya. Beberapa penelitian menunjukkan ada hubungan kuat antara defisiensi asam folat pada ibu dengan insidens neural tube defect, seperti spina bifida dan anensefalus, pada bayi yang dilahirkan. Efek toksik pada penggunaan folat untuk manusia hingga sekarang belum pernah dilaporkan.
d.     Posologi
Asam folat tersedia dalam bentuk tablet yang mengandung 0,4; 0,8 dan 1 mg asam pteroliglutamat dan dalam larutan injeksi asm folat 6 mg/ml. Selain itu, asam folat terdapat dalam berbagai sediaan multivitamin atau digabung dengan antianemia lainnya. Asam folat injeksi biasanya hanya digunakan sebagai antidotum pada intoksikasi antifolat (antikanker).
e.      Dosis Terapi untuk Kekurangan Vitamin
1-2 mg/hari
f.      Maintenance
Pria dan wanita  : 400 µg/hari
Ibu hamil dan laktasi: 600-800 µg/hari
g.     Kondisi kekurangan
Penurunan jumlah lekosit dan factor pembekuan darah, anemia, gangguan intestinal, dan depresi.
h.     Efek samping
Tidak signifikan
i.       Adverse Reactions
j.       Dosis besar dapat menutupi tanda dan gejala defisiensi vitamin B12 yang berisiko pada usia tua. Pasien dengan Phenytoin (Dilantin) untuk kejang sebaiknya berhati-hati mengkonsumsi asam folat karena dapat meningkatkan risiko kejang.nSelama kehamilan trimester pertama, kekurangan asam folat dapat mempengaruhi perkembangan system saraf pusat pada fetus; hal ini dapat menyebabkan neural tube defects seperti spina bifida (defek penutupan struktur tulang medulla spinalis) atau anencephaly ( sedikitnya formasi massa otak)
k.     Kontra indikasi
l.       Anemia pernisiosa, anemia aplastik, normocytic, dan anemia refrakter.



6.     Zinc/Seng (Zn)
Zinc (Zn) merupakan mineral yang berperan sebagai kofaktor lebih dari 100 enzim dan penting untuk metabolism asam nukleat dan sintesis protein. Zn menstimulasi aktivitas lebih dari 100 enzim yang memiliki fungsi penting bagi tubuh termasuk produksi insulin, membuat sperma dan memainkan peran penting dalam sistem imun dan sintesis DNA. Zn membantu penyembuhan luka dan membantu pasien mempertahankan kemampuan dalam pengecapan dan pembauan.
a.      Farmakodinamik Obat
Absorpsi Zn dipercepat oleh ligand berat molekul rendah yang berasal dari pancreas. Kurang lebih 20-30% Zn per oral diabsorpsi terutama pada duodenum dan usus halus bagian proksimal. Jumlah Zn yang diabsorpsi tergantung pada berbagai factor termasuk sumbernya. Zn yang berasal dari hewan pada umumnya diabsorpsi lebih baik daripada yang berasal dari tumbuhan. Hal ini disebabkan adanya fitat dan serat tumbuhan yang mengikat Zn pada usus sehingga tidak dapat diabsorpsi. Fosfat, besi, Cu, Pb, cadmium, dan kalsium juga menghambat absorpsi Zn. Sebaliknya absorpsi Zn meningkat pada masa kehamilan. Hal ini dikarenakan oleh kortikosteroid dan endotoksin. Dosis Zn yang lebih besar dari 150 mg dapatmenyebabkan kekurangan tembaga, menurunkan HDL kolesterol, dan memperlemah respon imun pasien.
b.     Farmakokinetik Obat
Zn didistribusikan ke seluruh tubh dan kadar tertinggi didapatkan pada koroid mata, spermatozoa, rambut, kuku, tulang, dan prostat. Di dalam plasma sebagian besar Zn terikat pad protein terutama pada albumin, α-2 makroglobulin, dan transferin. Ekskresi Zn terutama melalui feses sejumlah kurang lebih dua pertiga dari asupan Zn. Sekitar 2% diekskresi di urin. Kehilangan Zn dalam jumlah besar dapat terjadi akibat diare atau keluarnya cairan dari fistula. Zn menghambat absorpsi dari tetrasiklin (antibiotic) dan oleh karena itu sebaiknya tidak diminum bersamaan dengan antibiotic. Pasien harus menunggu dua jam setelah meminum antibiotic sebelum mengkonsumsi Zn.


c.      Indikasi
Pemberian Zn secara rasional adalah pada pasien dengan defisiensi Zn. Defisiensi ini terjadi akibat asupan yang tidak cukup misalnya pada oang tua, alkoholisme dengan sirosis, dan gizi buruk; absorpsi yang kurang misalnya pada sindrom malabsorpsi, fibrosis kistik; meningkatnya ekskresi Zn pada pasien anemia sickle cell, luka bakar yang luas, fistula yan mengeluarkan cairan; atau pada pasien dengan gangguan metabolism bawaan misalnya akrodermatitis enteropatik. Defisiensi Zn pada ibu hamil mungkin dapat menyebabkan efek teratogenik.Disfungsi kelamin dan impoten yang terjadi pada pasien penyakit ginjal sebagian dapat diatasi dengan pemberian Zn.
d.     Posologi
Tersedia dalam bentuk per oral.
e.      Dosis Terapi untuk Kekurangan Vitamin
12-19 mg/hari
f.      Maintenance
12-19 mg/hari
g.     Kondisi kekurangan
Retardasi pertumbuhan, diare, muntah, pubertas terlambat, kelemahan, kulit kering, penyembuhan luka yang lama.
h.     Efek samping
Tidak diketahui
i.       Adverse Reactions
Anemia, peningkatan LDL kolesterol, nyeri otot, demam, mual, dan muntah.
j.       Kontra indikasi
Jangan diminum bersamaan dengan tetrasiklin

7.     Mineral Mix
Mineral mix merupakan salah satu komponen dalam pembuatan Rehydration Solution for Malnutrition (ReSoMal) dan Formula WHO (Formula 75 dan 100 ) yang digunakan dalam Tatalaksana Anak Gizi Buruk untuk memenuhi kekurangan zat gizi mikro pada pada anak gizi buruk Sasaran penguna mineral mix adalah anak gizi buruk klinis dan atau antropometri (BB/TB < -3 SD) dan anak gizi buruk paska perawatan. Tiap kemasan/ sachet mineral mix mengandung zat aktif KCl, Tripotasium Citrat, Magnesium Clorida, Zn asetat dan Cuprum sulfat. ReSoMal adalah cairan yang diberikan kepada anak gizi buruk yang menderita diare dan atau dehidrasi. Formula WHO adalah formula yang diberikan pada anak.
Penderita gizi buruk. Mineral mix dalam bentuk sachet sudah tersedia di Kementerian Kesehatan dan menjadi pedoman tatalaksana anak gizi buruk di Indonesia. Tiap kemasan mineral mix mengandung zat aktif sebagai berikut:
a.      Komposisi mineral mix
Tiap kemasan dimaksudkan untuk membuat 20 ml larutan.   





















BAB III
PENUTUP

A.         Kesimpulan
Pengetahuan dan pemahaman mengenai seluruh unsur dan komponen obat-obatan yang berkaitan dengan dunia kesehatan sangatlah penting. Tenaga kesehatan selaku orang yang memiliki kewenangan dalam segala bentuk tindakan medis juga bertanggung jawab penuh atas segala bentuk tindakan yang berkaitan dengan obat-obatan yang digunakan.
Penguasaan materi tentang keterkaitan berbagai penyakit dengan obat-obatan yang diberikan kepada pasien dan terapi yang dilakukan oleh tenaga kesehatan, akan mengurangi resiko yang mungkin ditimbulkan. Dalam segi pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan juga akan berpengaruh terhadap tingkat kepuasaan klien yang digunakan sebagai penentu mutu serta kualitas pelayanan kesehatan.
B.         Saran
Kepada seluruh tenaga kesehatan diwajibkan untuk menguasai segala bentuk teori dan metode yang berkaitan dengan obat-obatan. Tenaga kesehatan juga harus mampu memberikan konseling kepada masyarakat mengenai segala aspek, unsur, dan komponen obat-obatan yang digunakan dalam segala bentuk tindakan medis.
Kepada masyarakat, diharapkan untuk tidak sembarangan dalam mengonsumsi obat-obatan, dan lebih teliti dalam memilih obat-obatan. Selain itu, masyarakat diharapkan untuk berkonsultasi dengan tenaga kesehatan dalam menangani gangguan maupun penyakit yang dialami. 










DAFTAR PUSTAKA


Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi 6, B.G. Katzung

Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan, Joyce L. Kee, Evelyn R. Hayes

Farmakologi untuk Keperawatan, dr. Jan Tambayong

Sinopsis Farmakologi, Dr. Agus Djamhuri

Farmakologi dan Toksikologi Sistem Kekebalan, Darmono. Jakarta : Universitas
Indonesia (UI-Press). 2006

Farmakologi Kebidanan. Sue Jordan. Jakarta :Buku Kedokteran EGC. 2002




Tidak ada komentar:

Posting Komentar